asap tebal yang membumbung itu
mengarah ke utara
sementara aku menatap selatan
guguran lava itu menggetarkan jiwa
tetapi aku hanya terpaku
dalam pesona awan bergumpalan
–zet, sudah saatnya mengungsi
ke mana engkau menyelamatkan diri
namun kaki ini kaku, jiwa pun kelu
Bumidamai, Yogyakarta.
Assalaamu’alaikum Amazzet…
Sahabat…. Tiada embun yang lebih bening selain beningnya hati
Di bulan Zulhijjah, Iedul Adha kembali menyapa hari
Kemaafan dipohon untuk khilaf dan salah jika mengkhianati
Sebuah pengorbanan tulus jadi iktibar membaiki diri
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Salam keindahan Iedul Adha 1431 H dari saya di Sarikei, Sarawak. 😀
Puisi yang menyentuh kalbu. Tidak mampu berbuat apa-apa untuk membantu.
Berdoalah buat kebaikan dan kesejahteraan mereka yang telah gugur di medan kehidupan.
Puisi ini ringkas namun tersirat seribu makna yang membuat kita terfikir akan kekuatan dan kebesaran Allah yang tidak terlawan dan tidak mampu untuk dihalang jika Allah kata JADI, maka JADILAH.
Salam mesra selalu.
Bunda Siti Fatimah Ahmad, terima kasih banyak atas ucapan Idul Adhanya, demikian pula dg simpati terhadap sodara2 kita di lereng Gunung Merapi, sekali lagi makasiiih… banget.
Sebuah puisi liris, saya suka lirik akhir: /–zet, sudah saatnya mengungsi/ke mana engkau menyelamatkan diri/namun kaki ini kaku, jiwa pun kelu//
Hmm… begitu ya. Makasih banyak ya… telah berkenan singgah…