ada yang diam-diam jebol dalam dadaku
serupa magma yang bergejolak
menyentak sunyi, mengurai desahan
ya, saat berdoa manusiaku berlepasan
serupa puing di jalanan bencana
menuntaskan beban, berhamburan
Bumidamai, Yogyakarta.
ada yang diam-diam jebol dalam dadaku
serupa magma yang bergejolak
menyentak sunyi, mengurai desahan
ya, saat berdoa manusiaku berlepasan
serupa puing di jalanan bencana
menuntaskan beban, berhamburan
Bumidamai, Yogyakarta.
Akhmad Muhaimin Azzet, lahir di Jombang, Jawa Timur, dan kini tinggal di Jogja.
Beberapa tulisan pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Elka Sabili, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Bakti, Kuntum, Yogya Post, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Mimbar Pembangunan Agama (MPA), Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas.
Menulis juga buku yang sudah diterbitkan oleh beberapa penerbit di Indonesia dan Malaysia, menjadi editor freelance, di samping tetap senang menulis untuk blog dan beberapa media sosial lainnya.
puisix sarat makna.. ini buah sakin khusukx berdoa ya mas?
Makasih banyak ya, Ukhti. Sesungguhnya ini bukan buah dari saking khusyuknya berdoa, tapi rasanya berdoa ketika diri menyadari betapa butuh kepada-Nya.
Puisinya bagus mas … terinspirasi dari mana biasanya mas ???
Hmm…, begitu ya… ini masih belajar bagaimana sih menulis puisi yang bagus itu. Makasih ya… Biasanya ya terinspirasi dari apa yang kita lakukan, membaca, atau kejadian di sekitar kita. Makasih banyak ya… telah singgah kemari.
Subhanallah..
Subhanallah wal hamdulillah….
awalnya ana agak bingung menangkapnya, insting sastra masih kurang, hhe..
tp ternyata tentang adab berdoa penuh harap dan rasa takut ya, akh?
semoga ALLAH mengabulkan yang baik untuk kita, AAmiiin..
Demikianlah, Ukhti, saat berdoa hendaknya kita mengungkapnya dengan kesungguhan hati dan penuh harap sekaligus pasrah akan keputusan-Nya.
salaam kang…
saya itu kurang bisa memahami bahasa puisi… tp seneng kalau ada puisi… 🙂
Salam juga ya, Kang!
Sama-sama, Kang, saya memang suka sama puisi dan masih saja belajar untuk bisa menulis puisi, hehe…. Makasih banyak ya….
Pak Ustadz, ajarin saya bikin puisi dong. Ya? Lagi jatuh Cinta nih, hehe. Kalau kayak begini kira2 sudah benar belum, Pak?
ayah pisang berpesan kepada putrinya
anakku, hormatilah manusia yang berdoa
mengapa harus, ayah?
sebab merekalah, kita sempurna
😉
Wow, puisi Abang dalem maknanya. Sungguh, justru saya belajar banyak dari Bang Andi. Makasih banyak ya, Bang.