Kembali Rindu Pulang

oleh sebab cintamu melulu sementara
aku kembali rindu pulang, ke pangkuan
oleh sebab cintamu melulu benda-benda
aku kembali rindu pulang, ke keabadian

duhai jiwa yang sekian lama terlena
bersaranglah, pulanglah, bersedekaplah
senyampang rindu belum didendangkan
oleh siapakah dengan air mata

Bumidamai, Yogyakarta.

32 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

32 responses to “Kembali Rindu Pulang

  1. sayyidahali

    subhanallah, orang yang rindu, biasanya karena cinta..beruntung orang yang memiliki cinta dan rindu kepada alam keabadian.

  2. puisinya bagus pak ustadz…

    smoga kita semua rindu pulang pada jalan Allah…

  3. InsyaAllah inilah alamat kerinduan yang sesungguhnya. Tidak ada alamat selainNya. Jika benar-benar percaya, maka DIAlah yang dituju. Sekali lagi, Tidak selainNya …

  4. nice mas Akhmad….
    aku suka sekali kalimat endingnya..
    (gaya kata-katamu itu lho… keren)

    senyampang rindu belum didendangkan
    oleh siapakah dengan air mata

    rindu itu semakin kepermukaan
    manakala kita bersujud padaNYA disepertiga malam
    hanya airmata yang jadi saksi
    keagungan cintaNYA.

    salam.

    • salam.
      Makasih banyak ya, Mbak Astrid. Tambahan puisi juga aku suka:

      rindu itu semakin kepermukaan
      manakala kita bersujud padaNYA disepertiga malam
      hanya airmata yang jadi saksi
      keagungan cintaNYA.

      Makasih ya, Mbak, telah singgah kemari.

  5. Cikal ananda

    Kerinduan bersumber dari hati pecinta yg tulus,, memberkahi tiap tebalnya rindu tuk menghentikan sesak tangis dalam kesungguhan..

    • Semoga kerinduan ini tulus kepada-Nya, sehingga segala sesak dalam jiwa berhamburan, dan berganti dengan cahaya keimanan yang melahirkan akhlak mulia. Semoga…. Semoga…. [Makasih banyak ya….]

  6. Irfan Handi

    Jadi terhanyut. terima kasih pak ustadz.

  7. fi

    singkat, menghangatkan akh..
    akh ana mau tanya..

    kira2 ana ada bakat ga ya bikin buku?
    buku kayak apa kira2 yang bisa ana bikin?
    *bertanya sama bapak penulis

    • Makasih, Ukhtiy Fi. Semoga terhanyut dalam kerinduan dan senantiasa berdzikir kepada-Nya.

      Menjawab pertanyaan (hehe…), sesungguhnya saya termasuk orang yang tidak begitu menomorsatukan bakat terkait dengan menulis. Lebih penting dari itu adalah kemauan yang didukung dengan mau membaca karya orang lain dan berlatih dalam menulis. Bila membaca beberapa tulisan Ukhtiy Fi di blog “Merajut Kata”, sepertinya Ukhtiy berbakat bila menulis fiksi islami, renungan, motivasi, berbagi hikmah. Sungguh, saya senang membaca tulisan-tulisan Uktiy Fi; ada perenungan sekaligus menggugah.

      • fi

        ana minta penilaian secara objektif akh, sebagai orang yang ilmunya luas, akhiy tentunya paham, sebatas mana kemampuan ana..
        ana merasa blog masih terjangkau dengan orang2 yang menjangkau internet, tapi bila belum menjadi buku, belum bisa meluas dakwahnya..

        ana minta saran, ana cocok ga ya? hehe..

      • Iya, yang saya tulis tersebut sungguh objektif menurut penilaian saya. Hehe… kalo sebagai orang yang ilmunya luas, sungguh belum deh, saya masih perlu banyak belajar. Memang, yang saya baca itu tulisan Ukhtiy di blog, maksud saya, bila ingin menjadi buku, tinggal mengembangkan kemampuan Ukhtiy dalam bentuk buku. Misalnya, kumpulan cerpen. Bila penerbit saat ini lebih suka menerbitkan novel, misalnya, ya tinggal mengembangkan cerpen itu menjadi novel. Yang penting, dasarnya sudah, yakni suka menulis.

        Kalo cocok atau tidak, jujur nih, dari pembacaan saya di blog “Merajut Kata”, Ukhtiy sudah cocok untuk menjadi penulis buku. Tampaknya Ukhtiy di FB sudah berteman dengan Diva Press, coba deh, atau mungkin penerbit yang lain.

  8. ..rindu akan membuat kita terbang dan berangan. . .

  9. sayyidahali

    akhi..tolong klik ini ya… “dari-teman-untuk-teman”
    ditunggu..

  10. kembali rindu … saat sadar tiada permisi air mata

  11. Sya

    Rindu yang paling indah adalah rindu seorang hamba kepada Tuhannya 🙂

  12. saya suka bingung kalau mengomentari puisi, apalagi yang indah seperti ini 😀

  13. syahru Al Banjari

    jangat khawatir mas Azzet.,,. kepadaNya jualah kita akan pulang.. ^^

  14. puisinya indah sekali, rindu pada Mu ya Rabb….

  15. DudeSq Budi Santoso

    Kesan Pertama diakhir tertulis “Bumidamai, Yogyakarta.” yang jelas saya merindukannya tuk bisa bersilaturahmi ke Yohyakarta !
    Kesan berikutnya terserah pembaca lainnya mengartikan, tp yg jelas rindu makhluk terhadap Penciptanya adalah kerinduan yg teramat luar biasa…Kerinduan akan pertemuan dgn Rabb nya haruslah dipersiapkan dgn amalan2 yg diisyaratkan kepada Al-Qur’an dan Hadist tentunya. Wallahu’alam

    • Iya, Mas Dudik tentu rindu dengan Yogykarta, sedangkan saya rindu dengan Jombang. Namun, yang jelas, ruh ini yang berasal dari ciptaan-Nya tentu rindu ingin kembali untuk senantiasa bahagia bersama-Nya. Makasih banyak ya, Mas, telah singgah kemari.

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s