Secara bahasa, i’tikaf adalah mendiami sesuatu. Sedangkan menurut syara’, i’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat untuk melakukan i’tikaf. I’tikaf ini dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Hukum melakukan i’tikaf adalah sunnah. Namun, hukum ini bisa berubah karena hal tertentu, misalnya berhukum wajib karena telah nadzar untuk melakukan i’tikaf.
Dasar yang dipakai untuk melakukan amalan i’tikaf adalah firman Allah Swt. Sebagai berikut:
“…Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid….” (QS. al-Baqarah [2]: 187)
Dalam sebuah hadits, Ibnu Umar r.a. menceritakan sebagai berikut:
“Sesungguhnya Nabi Saw. melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari, dan ketika tahun kewafatannya beliau Saw. beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari dan Abu Daud)
Iitikaf adalah sebuah amalan yang dapat dilakukan setiap waktu. Akan tetapi, ketika memasuki bulan Ramadhan, amalan ini jangan sampai lupa untuk dilakukan. Apalagi, ketika Ramadhan telah menapaki hari ke-20, inilah saatnya bagi kita untuk mengencangkan ikat pinggang dan beri’tikaf dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Nabi kita Muhammad Saw. telah memberikan teladan mengenai hal ini.
Tidak ada batasan berapa lama seseorang dalam melakukan i’tikaf. Sekurang-kurangnya berhenti sebentar. Akan tetapi, bagi kita yang menginginkan keutamaan di bulan Ramadhan, tentu akan melakukan i’tikaf tidak dalam waktu yang sebentar sekali. Setidaknya, memuji-Nya dengan lantunan dzikir, beristighfar, dan memohon kebaikan kepada-Nya. Dan, satu hal yang harus menjadi perhatian kita, ketika akan i’tikaf jangan sampai lupa untuk berniat i’tikaf. Dan kalau sudah keluar dari masjid tanpa udzur berarti telah batal i’tikafnya.
Ibnu al-Qayyim menjelaskan bahwa tujuan i’tikaf adalah, “Untuk menghubungkan hati kepada Allah Swt. dengan mengalihkan hati dari segala sesuatu selain Allah Swt. dan mengubah segala kesibukan kita dengan menyibukkan diri dengan-Nya serta mengalihkan segala sesuatu dari selain Dia, dan hanya tertuju kepada-Nya.”
Bila demikian adanya, betapa dekat antara seorang hamba dengan Allah Swt. pada saat melakukan i’tikaf. Semoga kita dapat mengerjakan i’tikaf, terutama pada malam-malam di bulan Ramadhan, lebih-lebih pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Semoga kita bersama keluarga memperoleh banyak keutamaan di bulan Ramadhan, sehingga dosa-dosa kita diampuni dan doa-doa kita dikabulkan-Nya.
Al-Faqir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhaimin Azzet
amin,..ya Robb..!
Semoga kami semua akan
dapat selalu mendekatkan diri
padMU ya Robb…!!!
__salam hangat selalu mas Azzet____
Ya Allah, kabulkanlah doa kami
Sungguh, betapa butuh kami kepada-Mu
~salam hangat selalu Bang Erwin~
sudah merasakan nikmatnya tahun lalu…. semoga tahun ini bisa .. aamiin
oya uzt.. Kirimanku dah sampai belum ya? 🙂
Alhamdulillah…., alhamdulillah….
semoga Ramadhan tahun ini juga bertaburan rahmat-Nya.
[ohya, kiriman apa ya, Mbak?]
masak belum sampai sih? dah 2 minggu saya kirimnya loh via JNE . Setelah sy terima buku kiriman ustadz itu… sy pakai alamat yg di amplop.. bukan yang di kartu nama…
paket buku juga sebagai balasan ceritanya..:)
sy cek di JNE ternyata memang belum terkirim, padahal barengannya ke kalimantan timur dah sampai sejak tgl 15 loh…
boleh minta alamat yg jelas dan no tilpunnya tadz… siapa tau diperlukan .jzklh 🙂
ooo, begitu ya ceritanya…[kenapa ya oleh JNE kok belum dikirim?]
alamat yang di amplop insya Allah sudah jelas kok, Mbak, sedangkan nomor HP saya yang ada dalam kartu nama tersebut masih aktif sampai sekarang saya pakai.
trimakasih pak sudh berbagi ilmu, semoga kita bisa menjadi manusia yg lebih baik di bulan yg baik ini..
salam sukses 🙂
Sama-sama, Mbak Fitr4y, makasih juga ya… telah singgah kemari.
Iya, semoga kita menjadi lebih baik di bulan yang baik ini.
alhamdulillah bisa baca tulisan ini.
nice post 🙂
indahnya di bulan Ramadhan :’)
Alhamdulillah…
Makasih banyak ya telah berkunjung kemari.
Semoga kita semakin indah di bulan Ramadhan ini.
Benar sekali pak, di saat ber i’tikaf itu yang kita prioritaskan adalah ruhani kita. Jasmani hanya sebagai pendukung saja sehingga kedekatan dengan Allah itu akan lebih terasa. Waktu satu jam atau dua jam sudah tak terpikirkan lagi. Terlebih jika dilakukan pada sepertiga malam terakhir setelah bangun tidur sembil bertahajjud.
Sepakat sekali. Justru inilah kuncinya: dalam setiap beribadah, semestinya melibatkan ruhani dan jasmani saja. Jangan sampai jasmani saja, namun ruhani ke mana-mana. Makasih banyak ya….
hebat bisa tulisan seperti ini
masih belajar dan belajar mbak, semoga bermanfaat bagi kita bersama
Bagaimanakah melakukan I’tikaf yang benar?
biar tak salah melakukannya,.
makasi sebelumnya,.
Hal yang paling penting ketika akan melakukan i’tikaf adalah niat. Sungguh, ini jangan sampai lupa; sebab inilah yang membedakan sekadar duduk2 di masjid dengan i’tikaf. Setelah itu, silakan melakukan kegiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Bisa shalat sunnah, membaca al-Qur’an, atau berdzikir.
Subhanallah… Semoga kita dapat memaksimalkan ibadah di akhir2 Ramadhan ini 🙂
Subhanallah walhamdulillah…
Semoga… semoga… Allaahumma aamiin….
Itikaf memang menjadi ladang pahala tapi bikin ngantuk pas kerja 😦
Hehe…, ngantuk pas kerja ya, Kang. Di sinilah sesungguhnya pinter-pinternya kita untuk mengelola waktu, sehingga akhirat dapat, dunia pun dapat. Makasih ya, Kang.
assalamu alaikum…
ana ingin cinta Allah semakin besar pada ana,..
kuingin cintaku hanya pada_Nya….
wa’alaikumusalam wr.wb.
subhanallah walhamdulillah…., marilah kita pupuk cinta kita kepada Allah Swt. dengan shalat fardhu dan sunnah, membaca al-Qur’an, berdzikir, atau berbuat banyak kebaikan karena-Nya.
Assalaamu’alaikum wr.wb, Amazzet….
Sungguh mudah sekali kerjaan iktikaf ini, sayangnya hanya segelintir sahaja kaum muslimin yang mampu melaksanakannya kerana sibuk dengan urusan dunia. Jika masjid selalu dimakmurkan pasti syiar islam akan tampak hebat.
Seluruh lima waktu terlihat sahaja sangat ramai umat islam berbondong2 ke masjid untuk menunaikan solat fardhu secara berjemaah. Cukuplah dalam jeda masa yang diambil untuk berniat iktikaf.
Jika ada lowong waktu yang bisa menyempatkan kita ke masjid dan kebetulannya masjid itu dekat, maka lebih baik menuju ke masjid dari solat di rumah atau di kantor. Hal ini harus jadi kebiasaan dalam hidup. Mudahan kita selalu berkesempatan melaksanakan iktikaf yang menjadi sunnah Nabi saw.
Terima kasih mas kerana telah berbagi pesan hebat tentang iktikaf ini.
Salam mesra dan salam Ramadhan dari Sarikei, Sarawak.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Terima kasih banyak, Mbak Fatimah, telah berkunjung dan menambahkan semangat agar diri ini semakin bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt., yang salah satunya melalui i’tikaf. Memang benar, kadang kita ke masjid, namun lupa tidak sekalian berniat untuk beri’tikaf. Bila sudah berniat, maka kita pun insya Allah akan bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., apalagi di akhir Ramadhan ini. Sekali lagi, makasih banyak ya, Mbak.
Salam hangat persaudaraan dari Jogjakarta.
Rencananya i’tikaf hari jum’at besok pak ustadz, semoga tidak ada kendala berarti di hari itu. Aamiin..
Ya Allah, beri kemudahan Mbak Orin untuk beri’tikaf dalam rangka untuk mendekati-Mu. Berilah Mbak Orin rahmat-Mu, berkahilah rezekinya, bahagiakanlah hidupnya di dunia dan akhirat. Allaahumma aamiin….
amin..amin
bener sekali pak 🙂
kalau malam2 sepuluh terakhir selalu banyak yang datang ke DT buat i’tikaf
Demikianlah, Mbak, semoga kita tidak ketinggalan untuk mendapatkan rahmat Allah Swt. di akhir Ramadhan ini. Allaahumma aamiin….