sepotong rindu ini seutuhnya untukmu
meski rayuan lembut di jalanan merebutnya
aku berlari di atas pematang licin berbatu
ingin segera menghapus air matamu, segera
saat gerimis kuketuk pintu hatimu tanpa ragu
meski kerinduan ini betapa berselimut kabut
masihkan engkau simpan gelombang biru itu
di bening matamu, di situlah aku tersangkut
aku datang sebagaimana sungai menuju muara
duhai, bukalah pintu segera, bukalah segera
sebelum aku tenggelam dalam pusaran air mata
Bumidamai, Yogyakarta.
tentunya akan mengharukan andai kerinduannya bisa tertumpahkan
tumpah dalam dekap kasih sayang yang penuh kebahagiaan….
makasih banyak ya, Mbak Ely Meyer…
indah mas……aku menyimaknya dengan penuh…
makasih banyak ya, Mas Nanang, sungguh…
Makin menyejukkan rasa rindu ini Pak Ustadz…
Alhamdulillah bila memang demikian, Mas. Makasih banyak ya… telah singgah kemari….
Kadang ku merindukanNYA,ku ingin bahagia sejati tak bertepi
SALAM
Semoga terkabul ya….
sungguh, makasih banyak ya telah singgah kemari.
Bermakna bagi saya mas 🙂
berarti sama ya Mas Abed
makasih banyak ya….
efek rindu memang luar biasa yaa pak.. dan lagi, dhe suka puisinya pak Azzet 🙂
Iya Mbak Dhe, jika hati sudah rindu, hmmm…..
makasih banyak ya, Mbak….
nice puisi sob, 😀
Makasih banyak ya….
Rindu.
tiap anak kalimat yang menggetarkan jiwa
salam 🙂
demikian Rindu itu….
Makasih banyak ya gan…
kerinduan pada Allah dan Rasul ya pak ustadz,
tentunya bila merindukan Allah dan Rasul-Nya, pasti akan terbalas juga kerinduan kita olehNya.
owh ya pak ustadz, mohon maaf, mau ngasi PR. semoga berkenan mengerjakannya, hehe
Ini dia PRnya pak ustadz: http://mabrurisirampog.wordpress.com/2012/01/29/rahasia-di-balik-dua-belas/
begitu ya, Mas Mabruri,
ohya, ada PR neh…, makasih banyak ya, Mas, semoga postingan ke depan dapat menampilkan hasil dari PR dari Mas Mabruri dengan senang hati. Sekali lagi, makasih banyak ya, Mas….
Kerinduan yang tak pernah berujung… 😉
Demikianlah, Mbak Yunie, makasih banyak ya….
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Manusia tidak bisa lari dari merindu dan dirindui. Dua hal yang selalu menyebak dan menyesak jiwa. Senang kalau mata yang dirindui sedang bergenangan, bisa dibantu untuk dikeringkan walau sukar perjalanan menujunya.
Hebat mas, puisi syahdu yang menyusuk kalbu.
Lama bener saya tidak menulis puisi. Mudahan punya kesempatan mengarang kata-katanya lagi.
Salam hormat dari Sarikei, Sarawak.
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Makasih banyak ya Mbak Fatimah, betapa rindu itu menjadikan hidup kita menjadi lebih berwarna. Iya, Mbak, saya juga jarang menulis puisi sekarang, tidak sesering dulu…. Selamat menulis puisi juga ya Mbak. Salam hangat persaudaraan dari Jogja.
menggetarkan jiwaku….
nice posting ustad….
hmmm…., begitu ya mas…
makasih banyak ya…
keren 😀
Makasih banyak ya, Mbak Dida.
Rindu ini seketika menyeruak
Tanpa mengenal batas ruang dan waktu
Ibarat air hujan membasahi bumi dengan tetesan air dari langit menambah rasa rindu tuk berjumpa denganMu. Engkaulah Yang Maha Indah dengan segala keindahanNya..
Hanya satu hal yang kupinta disaat ajal menjemput..jadikanlah aku hambaMu yang selalu merindukan perjumpaan denganMu ..hanya Engkau.. Wahai Yang Maha Indah…
Subhanallah…
betapa cinta yang membahagiakan itu
dalam rengkuh rahmat-Nya
hmm…, makasih banyak ya, Mbak.