Saat Embun Menetes

tak ada lagi yang dapat aku lakukan
saat embun menetes, selain merindu
sebab dini hari telah mengabarkan
peraduannya dalam pelukan malam

selamat datang dedaunan membasah
dan bunga melati semerbak mewangi
akulah lelaki dibesarkan oleh rindu
perjumpaan jiwa tak sebatas waktu

Bumidamai, Yogyakarta.

28 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

28 responses to “Saat Embun Menetes

  1. lelaki yang dibesarkan rindu?
    ah..

    `waktulah yang akan menjawab

  2. jadi merindu dengan ke-2 jagoanku….

    nice post…..

  3. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…

    Puisi indah yang menarik tentang rindu pada masa lalu yang ditinggal kerana masa tidak pernah berkompromi untuk menyatukannya. Bicara rindu ini selalu membuat jiwa menjadi resah dan cuba untuk dijinakkan agar tidak ada waktu yang terbuang semata-mata merindu.

    Saat embun menetes,
    semuanya terjaga dari mimpi yang panjang.
    Rupanya semalam… ada cerita
    yang ditinggal untuk jadi kenangan.

    Salam sejahtera selalu.

    • Wa’alaikumusalam wr.wb.

      Alhamdulillah, makasih banyak ya, Mbak Fatimah, atas kunjungannya kemari. Iya, rindu memang keindahan tersendiri, terutama dalam cinta yang ada jarak; sebagaimana kita dengan kebaikan, sungguh jiwa ini senantiasa rindu untuk meraihnya; agar kedamaian sebagaimana segarnya embun pagi menetes ke dalam jiwa.

      Salam sejahtera selalu juga dari Indonesia.

  4. Abed Saragih

    Hebat puisinya,semoga rindu tuh bisa terobati dengan mencurahkan dalam puisi ini.

  5. rindu pada Allah dan Rasul, tentu akan sangat2 kita dambakan ya pak ustadz. Di sepanjang hari, semoga rindu pada Allah dan Rasul-Nya, selalu ada di dalam jiwa

  6. Hujan identik dengan kerinduan 🙂

  7. Evi

    Rindu yg cantik Pak. Ini pasti menetes dari jiwa yang terbasahkan oleh embun 🙂

  8. waah, dalam banget puisinya pak,

    lelaki yang dibesarkan oleh rindu, pada waktu waktu… :’)

    ijin kutip kata katanya untuk karya selanjutnya ya pak.. 🙂

  9. Subhanallah, puisi yang sangat indah sekali….. 🙂

  10. Kerinduan seketika menyeruak tanpa mengenal batas ruang dan waktu..Dia hanya Dia..sungguh..berjumpa dengan Dia..Yang Maha Indah.. Lahawla walaa quwwata illa billah…

  11. emang jogja udan terus ya kang. . . . . opo meneh nek sore.. . ..

  12. Saat terbersit kerinduan menetas,
    akan kebersamaan dalam suka dan duka
    Bisa bercengkrama dalam cerianya segenap sukma
    Dalam dekap hangat ayah bunda

Tinggalkan Balasan ke Akhmad Muhaimin Azzet Batalkan balasan