tak ada lagi yang dapat aku lakukan
saat embun menetes, selain merindu
sebab dini hari telah mengabarkan
peraduannya dalam pelukan malam
selamat datang dedaunan membasah
dan bunga melati semerbak mewangi
akulah lelaki dibesarkan oleh rindu
perjumpaan jiwa tak sebatas waktu
Bumidamai, Yogyakarta.
lelaki yang dibesarkan rindu?
ah..
`waktulah yang akan menjawab
iya, saudaraku
rindu ini menemani setiap waktu
menuju senja, alamat pulang
makasih banyak ya…
jadi merindu dengan ke-2 jagoanku….
nice post…..
selamat merindu ya, Mas Rafaqo
semoga senantiasa dalam rahmat Allah Ta’ala.
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Puisi indah yang menarik tentang rindu pada masa lalu yang ditinggal kerana masa tidak pernah berkompromi untuk menyatukannya. Bicara rindu ini selalu membuat jiwa menjadi resah dan cuba untuk dijinakkan agar tidak ada waktu yang terbuang semata-mata merindu.
Saat embun menetes,
semuanya terjaga dari mimpi yang panjang.
Rupanya semalam… ada cerita
yang ditinggal untuk jadi kenangan.
Salam sejahtera selalu.
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Alhamdulillah, makasih banyak ya, Mbak Fatimah, atas kunjungannya kemari. Iya, rindu memang keindahan tersendiri, terutama dalam cinta yang ada jarak; sebagaimana kita dengan kebaikan, sungguh jiwa ini senantiasa rindu untuk meraihnya; agar kedamaian sebagaimana segarnya embun pagi menetes ke dalam jiwa.
Salam sejahtera selalu juga dari Indonesia.
Hebat puisinya,semoga rindu tuh bisa terobati dengan mencurahkan dalam puisi ini.
Iya, Mas Abed Saragih, semoga….
Makasih banyak ya atas kunjungannya di tengah siang ini.
rindu pada Allah dan Rasul, tentu akan sangat2 kita dambakan ya pak ustadz. Di sepanjang hari, semoga rindu pada Allah dan Rasul-Nya, selalu ada di dalam jiwa
Benar sekali, Mas Mabruri, rindu inilah yang hendaknya kita jaga agar kita senantiasa bisa istiqamah berada di jalan-Nya.
Hujan identik dengan kerinduan 🙂
Iya, Mbak Mila, apalagi hujan itu membasahi dedaunan di depan rumah, juga kaca jendela; kita yang berada di dalam rumah disergap rasa rindu yang menyala….
Rindu yg cantik Pak. Ini pasti menetes dari jiwa yang terbasahkan oleh embun 🙂
Terima kasih banyak, Mbak Evi. Semoga kerinduan ini senantiasa dalam kesegaran embun….
waah, dalam banget puisinya pak,
lelaki yang dibesarkan oleh rindu, pada waktu waktu… :’)
ijin kutip kata katanya untuk karya selanjutnya ya pak.. 🙂
Terima kasih banyak ya, Mas Kurniawan.
Silakan, Mas, semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Subhanallah, puisi yang sangat indah sekali….. 🙂
Subhanallah walhamdulillah….
Terima kasih banyak ya, Mas Abufahry’s.
Sama Ustadz, tak bosan menunggu nasehat-nasehat dari ustadz, agar kami yang masih belajar ini selalu lebih baik kedepannya… 🙂
Kerinduan seketika menyeruak tanpa mengenal batas ruang dan waktu..Dia hanya Dia..sungguh..berjumpa dengan Dia..Yang Maha Indah.. Lahawla walaa quwwata illa billah…
Kerinduan kepada-Nya menuntun langkah ini pada jalan yang lurus dengan kebahagiaan sejati. Makasih banyak ya, Mbak Eva Yulianti, semoga kita senantiasa dalam rahmat Allah Ta’ala.
emang jogja udan terus ya kang. . . . . opo meneh nek sore.. . ..
Iya, sekarang Jogja meh sak ben dino udan, hhhmmm…. brrbrbrbrr…..
lomba rebutan slimut ki wkwkwkwkwkk
puisi yang indah
Terima kasih banyak ya, Mbak Anie.
Saat terbersit kerinduan menetas,
akan kebersamaan dalam suka dan duka
Bisa bercengkrama dalam cerianya segenap sukma
Dalam dekap hangat ayah bunda
Alhamdulillah….,
Kerinduan menetas dalam bahagia
Saat berjumpa dalam semangat
Menulis dan bercerita, ihwal cinta
Makasih banyak ya, Mbak Ririe.