Pembaca yang budiman, bagaimanakah sikap dan reaksi Anda ketika cinta (kepada lawan jenis) benar-benar telah melanda dan membelai lembut seluruh lorong hati, bahkan yang paling tersembunyi. Di saat yang seperti ini, ada baiknya kita merenungi firman Allah Swt. berikut ini:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya….” (QS. an-Nuur [24]: 30-31).
Ya, menahan pandangan, atau dengan kata lain menundukkan pandangan, ternyata mampu menghilangkan keinginan yang bersifat maksiati. Tetapi, bagaimanakah dengan menjaga hati? Maksudnya, siapakah yang dapat mengelak terhadap ketertarikan hati yang tiba-tiba berdesir untuk mencintai? Sesungguhnya siapa yang dapat mengelak dari sesuatu yang sebenarnya adalah anugerah terindah dari Allah Yang Maha Suci bagi setiap insan ini.
Pada saat yang seperti ini, menjaga diri dari dosa yang bersifat syar’i, dalam arti menjaga diri dari dosa yang dilakukan oleh anggota luar tubuh ini, barangkali dengan keinginan yang kuat memang masih bisa dilakukan. Tetapi, menjaga hati agar senantiasa berjalan dalam koridor keikhlasan, duh… betapa tidak mudah. Maka, sesuai dengan sabda dari uswah kita dalam kehidupan sehari-hari, ada petunjuk dari Baginda Muhammad Saw. sebagaimana berikut:
“…Dan barang siapa yang belum mampu untuk menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena dengan puasalah, dirinya akan terlindungi dari kemaksiatan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah Saudaraku tercinta, ternyata resepnya adalah berpuasa. Apabila hati telah dilanda cinta, semestinya kita segera menikah. Namun, bila menikah masih terasa berat, dalam bahasa Rasulullah tersebut di atas “Belum mampu untuk menikah”, maka berpuasa adalah langkah terbaiknya. Karena dengan berpuasa, kita insya Allah bisa terlindungi dari kemaksiatan. Dalam hal ini, kita bisa memperbanyak puasa sunnah. Misalnya, puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa Daud, puasa tiga hari pada setiap tengah bulan Qamariah, puasa enam hari dalam bulan Syawal, puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan Haji, kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan ibadah haji), puasa hari ‘Asyura (tanggal 10 Muharram), dan puasa sunnah lainnya.
Ya, dalam menjaga diri dari segala hal yang tidak sejalan dengan ajaran-ajaran suci agama Islam, demi kebaikan keimanan dan ketakwaan kita, pada saat mencintai dan belum mampu untuk menikah, ternyata berpuasa adalah jalan yang terbaik. Dengan berpuasa ini seseorang akan berlatih tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga diharapkan akan mampu mengendalikan seluruh anggota tubuhnya dari segala perbuatan yang tidak sejalan dengan aturan ajaran Islam. Dengan berpuasa seseorang akan semakin bisa mengendalikan diri, sehingga bisa memilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.
Salam cinta bahagia,
Akhmad Muhaimin Azzet
Sepakat, menahan pandangan… Banyak sekali perbuatan dosa yang dimulai dari pandangan…
Semoga dengan demikian hati juga terjaga ya, Mas Yoriyuliandra….
benar-benar tersiram hati idah. . . 😉
memang benar, pak ustadz.
kalau kita berpuasa, selain menahan lapar dan dahaga., kita juga bisa menahan emosi, entah itu emosi karena pikiran maupun karena jiwa. 😉
pak ustadz, bagaimana kalau di bawah artikel dikasih tombol share?
supaya idah (khussnya) bisa share artikel yang pak ustadz tulis. 😉
#kalau bisa. ^_*
Terima kasih banyak ya, Mbak Idah Ceris, semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Di bawah artikel dikasih tombol share ya? Boleh juga. Habis ini saya utak-utik ya… gimana caranya…. 🙂
sama-sama pak ustadz. .
iya, supaya idah tinggal klik untuk share via FB atu Tweet. 😉
caranya masuk Dasbor>Pengaturan>Sharing.
tinggal pilih, pak ustadz. . .mau dishare via apa saja? 😉
Alhamdulillah…., sekarang sudah tampil share itu; apakah yang dimaksudkan seperti tersebut?
Terima kasih banyak ya, Mbak Idah Ceris; hari ini saya mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat.
iyya, pak ustadz. . .
itu yang idah maksud. . .
biar kita mudah untuk sharenya. . .
tinggal klik. 😉
Iya, Mbak Idah Ceris
Makasih banyak ya….
Menahan pandangan dan berpuasa , semoga lagi yang sedang dilanda cinta dapat yang melakukan yang dua ini ya, pak ustad, salam
Benar sekali, Bu Afnizar Hasan, semoga demikian, aamiin….
Terima kasih banyak nggih, Bu.
Ya… .Ane mengenal kalimat yang terngiang ditelinga dengan sangat mendalam… . yaa ma’syarasy syabaab, manistatho’a minkumul ba’ah, fal yatazawwaj. Fainnahu aghadhdhu lil bashari wa ahshanu lil farji, wa manlam yastathi’ fa’alayhi bish shaum, fainnahu lahu wijaa’ Kalimat dari Baginda Rasululloh… .
Benar sekali, Mas Johar Manik. Makasih banyak ya….
cinta itu seperti eskrim,, seperti yang dulu pernah saya tulis diblog saya #promosi
eskrim yang dikasih sama seseorang saat berpuasa,,
sabar, tawakal, dan jaga pandangan,, sepakat deh sama bapak…
dan yakin kalo Allah akan memberikan yang terbaik diwaktu yang tepat…
Hmmm…, seperti es krim ya, Mbak…. betapa ya….
Makasih banyak ya, Mbak, telah singgah kemari.
Jika hati sudah berkata “iya”, percepatlah menikah..
Jangan ditunda bila sudah mendapatkan pasangan dan hati sudah “ya” begitu ya, Mas.
pandangan memicu pikiran, hati langsung bereaksi ya Pak,
jagalah hati jangan sampai ternoda, hmm, ternyata puasa sebagai satu pembersihnya.
Benar sekali ya, Mbak, puasa memang amalan yang bermanfaat dalam banyak hal. Makasih banyak ya, Mbak.
bagus artikelnya yaaa…kalau kita mencintai seseorang berarti kita harus bisa menjaga dia seutuhnya…lahir batin,luar dalam…
Terima kasih banyak ya….
Benar sekali, kita mesti bisa menjaganya.
intinya … jangan berdua, yang ke tiga adalah syaitan 🙂
Nah… tuh, ngeri kan jika ditemani syaitan….
Makasih banyak ya, Mbak Mila.
Ping-balik: Puasa, Ibadah, dan Menikah | Akhmad Muhaimin Azzet