Bagi yang belum mampu untuk menikah, puasa adalah solusi terbaik yang ditawarkan oleh Rasulullah Saw. Mengenai hal ini, sudah saya bahas di artikel sebelumnya di sini. Dan, di tulisan ini saya ingin mempertegas lagi terkait dengan puasa tersebut. Yakni berpuasa tidak sekadar menahan lapar dan dahaga. Namun, juga belajar berpuasa bagi seluruh indrawi. Lebih-lebih betapa beratnya belajar berpuasa dalam menjaga hati. Bukankah Allah Ta’ala juga berfirman:
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat [pandangan yang terlarang, seperti memandang kepada wanita yang bukan mahramnya] dan apa yang disembunyikan di dalam hati.” (QS. al-Mu’min [40]: 19).
Ya, puasa. Inilah amalan yang semestinya dilakukan oleh siapa saja yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenis, tetapi belum mampu atau ada alasan lain sehingga seseorang tidak bisa segera menikah. Puasa yang tidak sekadar menahan lapar dan dahaga. Di sinilah barangkali kita perlu merenung dengan sesungguhnya. Betapa selama ini banyak di antara kita telah melakukan ibadah puasa, tetapi kenapa ibadah puasa yang kita lakukan seakan tidak ada pengaruhnya bagi perilaku dalam kehidupan sehari-hari? Ibadah dilakukan, tetapi maksiat juga masih tetap jalan.
Hal yang memprihatinkan seperti ini sesungguhnya bukan pada persoalan ibadah puasa semata, tetapi perilaku kebanyakan kaum muslimin ketika beribadah sering kali tidak berbanding lurus dengan akhlaknya sehari-hari. Dengan kata lain, seakan-akan ibadahnya tidak ada pengaruhnya dengan perilakunya. Sekadar contoh, ibadah shalat misalnya, semestinya mushalli (orang yang mendirikan shalat) akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah Swt. berikut:
“…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar….” (QS. al-‘Ankabuut [29]: 45).
Pertanyaan yang mesti segera kita ajukan adalah: apakah orang-orang yang masih melakukan perbuatan keji, misalnya memfitnah, korupsi, atau tega terhadap sesama, adalah orang-orang yang mesti tidak pernah shalat? Sungguh, banyak di antaranya juga melakukan shalat lima waktu. Lalu, mengapa terjadi perilaku yang saling bertentangan atau kontradiktif begini?
Marilah kita cari jawabnya.
Di dalam agama Islam, semestinya segala ibadah yang dilakukan seseorang itu memperhatikan dua aspek, yakni aspek lahiriah (syariat) dan aspek ruhaniah (hakikat). Aspek lahiriah (syariat) mengatur perilaku ibadah yang bersifat fisik atau luar yang menyangkut syarat, rukun, dan sebagainya. Sedangkan aspek ruhaniah mengatur perilaku ibadah yang bersifat batin, hati, atau kesadaran seseorang.
Selama ini, kebanyakan dari kita hanya memperhatikan aspek lahiriah semata dalam beribadah. Ketika shalat, misalnya, bacaan dan gerakan shalat kita sudah bagus, fisik kita menghadap kiblat, tetapi tidak sedikit di antara kita ketika shalat hati kita tidak sedang menghadap Allah Swt. Sebagaimana juga dengan berpuasa, memang kita tidak makan dan minum, tetapi kita tidak mempunyai kesadaran dari hati yang paling dalam agar memuasakan juga seluruh perilaku kita. Sehingga, puasa kita seakan sia-sia. Sebagaimana sebuah hadits dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud).
Dengan demikian, bagi siapa saja yang telah jatuh cinta dan belum mampu untuk menikah, berpuasa (lahiriah dan ruhaniah) adalah jalan satu-satunya yang paling baik menurut Rasulullah Saw. Semoga dengan berpuasa, kita tidak sekadar bisa menjaga diri dari perbuatan zina dengan orang yang kita cintai, tetapi kita juga semakin dekat dengan Allah Swt. Barang siapa yang dekat dengan Allah Swt., yakinlah segalanya akan menjadi lebih mudah, termasuk keinginan untuk bersegera menikah.
Demikian, semoga bermanfaat, dan semoga pula kita senantiasa mendapatkan rahmat-Nya.
Salam cinta bahagia,
Akhmad Muhaimin Azzet
Hanya saja saat ini banyak anak muda yang kebablasan ya mas azzet
salam kenal dari saya 🙂
walo ini bukan kunjungan perdana
Iya, Mbak Esti, bila sudah kebablasan, duh betapa menyesal di kemudian hari; bila tidak di dunia ya di akhirat.
Salam kenal juga ya, Mbak. Sungguh banyak terima kasih atas kunjungannya.
Kebanyakan anak muda yang masih ababil mengatas namakan CINTA, padahal tru cuman nafsu belaka.
Memang seharusnya education seks dan pendidikan agama dari orang tua itu diperlukan.
Nice post pak 😀
Iya, benar Mas Kukuh, peran orangtua sungguh penting dalam hal ini. Makasih banyak ya, Mas, atas kunjungan dan tambahan ilmunya. 🙂
Sama-sama 🙂
Astagfirullah…
Betapa manusia (saya) gampang banget tergelincir. Ibadah yang dilakukan cuma menjadi pelengkap untuk menggugurkan kewajiban saja 😦
Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan bermaksiat pada-Nya
Semoga dengan membangun kesadaran yang semacam ini menjadikan kita semakin bisa memperbaiki diri ya, Mbak. Allaahumma aamiin….
jad keinget postingan saya baru2 ini Ust…. agak nyambung dengan postingan Ust ini… pada salah satu baris dala postingan saya
Hindari berkhalwat dalam satu ruangan…
Karna setan akan lepas dari belenggu kurungan…
Jangan turuti nafsu dan pendek angan….
Jangan ada kisah buruk yang kan jadi kenangan….
😀
Oo, nyambung ya, boleh deh saya langsung meluncur ke lokasi. Makasih banyak ya atas undangannya….
puasa, shalat adalah ibadah yang tidak hanya dilakukan dengan tunggang tungging atau tidak makan-minum. tapi lebih pada perbuatan lahir dan batin dalam berinteraksi dengan mahluk lain di muka bumi ini.
Yup! Benar sekali, ibadah itu semestinya melibatkan lahir dan batin. Sungguh, makasih banyak ya atas tambahannya.
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Jika memahami akan besarnya kerosakan yang diakibatkan oleh nafsu bagi yang belum berkahwin malah yang berkahwin juga demikan sama, sehingga bisa menghancurkan akhlak manusia dalam , maka Islam mempunyai solusi yang sangat baik untuk diikuti iaitu berpuasa dan beribadah.
Dunia akhir zaman semakin kalut dan umat Islam banyak yang sudah jauh dari kehidupan Islam secara menyeluruh. Mudahan tulisan dan pesanan dari mas Amazzet bisa mencerahkan hati dan menjernihkan akal.
Salam sukses dan salam hormat selalu. Tulisan-tulsian mas semakin mantap kin. Salut untuk usaha yang dilakukan, semoga diredhai Allah. 😀
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Iya, Mbak Fatimah, dengan demikian betapa penting bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan saling menasihati. Terim kasih banyak ya, Mbak, atas kunjungan dan doanya. Semoga Mbak Fatimah bersama keluarga juga senantiasa mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Allaahumma aamiin…
Assalamualaikum, kunjungan perdana nih pak .fbnya sudah saya approve ya 🙂
terima kasih sudah diingatkan melalui postingan ini
Wa’alaikumusalam wr.wb. Silakan, Mbak Lidya, makasih banyak ya…, juga approve fbnya. 🙂
terima kasih banyak atas nasihatnya… sangat bermanfaat buat kami 🙂
Sama-sama, Mas Amirullah Daeng Sibali, semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Wah materinya jadi inget kayak pas mentoring minggu kemarin ini mah pa.
Yg pasti sibukan diri dgn amalan yaumi dan berbagai kegiatan positif lain 😀
Yup, benar sekali, sibukkan diri dengan amalan yaumi dan berbagai kegiatan positif lainnya. Makasih banyak ya, Mas Arip 🙂