Sebelum memahami potensi anak dan bagaimana cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk memahami teori dalam perkembangan anak. Teori pertama yang perlu kita ketahui adalah teori nativisme. Teori ini pertama kali digagas dan dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan.
Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling memengaruhi dalam perkembangan manusia adalah pembawaan sejak lahir atau boleh dibilang ditentukan oleh bakat. Para ahli yang menganut teori ini mengklaim bahwa unsur yang paling memengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orang tuanya. Individu berkembang dalam cara yang terpola, sebagai contoh, di mana pun seseorang hidup, ia akan duduk sebelum berjalan, tumbuh cepat pada masa bayi dan berkurang pada masa anak, berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja, dan seterusnya.
Berbagai macam keterampilan yang dimiliki oleh manusia dan kemampuan-kemampuan lainnya bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak manusia dilahirkan ke bumi ini. Teori nativisme ini bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Dengan demikian, faktor lingkungan, dalam hal ini termasuk faktor pendidikan, dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil dari perkembangan seorang anak sangat ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan faktor genetik dari kedua orangtua.
Pandangan teori nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer ini tampaknya pesimis dengan adanya peran lingkungan dan pendidikan dalam menentukan atau paling tidak mewarnai dalam perkembangan anak. Bahkan, dengan tegas Schopenhauer menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik. Dengan demikian, menurut teori perkembangan ini, lingkungan sekitar diyakini tidak akan berdaya dalam memengaruhi perkembangan anak.
Meskipun lingkungan sekitar dan pendidikan dinilai tidak berdaya dalam memengaruhi perkembangan anak, bukan berarti sang anak dibiarkan berkembang dengan sendirinya oleh orang-orang yang mengikuti teori nativisme ini. Karena teori nativisme memandang bahwa perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor bawaan atau bakat asli yang dibawa anak semenjak lahir, maka orangtua atau lingkungan yang ingin membimbing anak-anaknya hendaknya menemukan bakat asli yang dimiliki anak tersebut kemudian membantu untuk mengembangkannya. Bukan anak “dipaksa” untuk mengikuti pendidikan yang harus sesuai dengan kehendak dan harapan orangtua.
Oleh karena itu, orang-orang yang mengikuti teori nativisme sangat menekankan tentang pentingnya bagi seseorang untuk mengenali bakat yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkannya secara maksimal. Dengan mengetahui adanya bakat yang dimiliki, diyakini manusia akan dapat lebih mudah dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya sehingga akan berdampak besar terhadap kemajuan dirinya. Dan, bagi anak-anak yang belum bisa menemukan bakatnya sendiri, orangtua dapat membantu untuk menemukannya yang kemudian membantu pula dalam mengembangkannya. Namun, satu hal yang digarisbawahi dalam teori ini, peran orangtua hanya membantu mengembangkan bakat asli sang anak, bukan mewarnai dengan warna yang lain, apalagi membelokkan atau membawa ke arah yang lain.
Demikianlah. Untuk postingan kali ini, supaya tidak terlalu panjang, saya mengupas satu teori terlebih dahulu. Semoga di lain waktu dapat melanjutkannya. Akhirnya, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat.
Salam keluarga bahagia,
Akhmad Muhaimin Azzet
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Senang bisa berkunjung lagi kemari setelah lama tidak bersilaturahmi. banyak postingan menarik telah dikongsikan untuk manfaat rohani dan jasmani. Mudahan mendapat kebaikan dari usaha yang dilakukan.
Ibu bapa adalah sosok penting dalam memahami perkembangan anak-anak agar kehidupan mereka berjalan seiring dengan persekitaran yang dijalani. Setiap anak mempunyai potensi tersendiri untuk dimaju dan dibangun. Sikap memaksa dan mengatur cara laku mereka terkadang akan menjebak mereka kepada sikap yang lebih agresif.
Prinsip-prinsip pendidikan Islam untuk anak-anak yang ditulisan oleh Abdullah Nasih Ulwan sangat bagusuntuk dijadikan panduan ibu bapa muslim. Cinta Allah dan Rasulullah saw harus diterap agar perkembangan anak-anak sejajar dengan ajaran Islam dan mereka menjadikan kecintaan yang agung itu sebagai landasan untuk melayari hidup di bumi ini.
Tulisan menarik dan mencerahkan. Terima kasih mas Amazzet kerana sudah berkongsi ilmu yang bermanfaat untuk semua.
Salam mesra dan hormat selalu dari Sarikei, Sarawak. 😀
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Alhamdulillah…, terima kasih banyak ya, Mbak Fatimah, di sela kesibukan pekerjaan di kampus masih menyempatkan bersilaturahim kemari. Semoga hal ini menjadikan kita semakin mendapatkan rahmat-Nya.
Benar sekali, Mbak, saya juga suka membaca prinsip-prinsip pendidikan dari Syaikh Abdullah Nasih Ulwan. Apa yang beliau paparkan penting untuk dipahami oleh lembaga pendidikan Islam atau dalam keluarga2 Muslim.
Semoga kita bersama keluarga, saudara, dan para sahabat diberi kekuatan untuk bisa membangun keluarga yang cerdas dan berakhlak mulia. Aamiin….
Salam hangat selalu dari Jogja 🙂
senang ya ustadz…………
Iya, Mbak Yisha, senang, hehehe… 🙂
Alhamdulillah bisa mampir ke blog penulis yang sarat ilmu ini
Makasih ya Pak atas senantiasa menebar ilmu, semoga menjadi amal kebajikan yang indah 🙂
Alhamdulillah…, terima kasih banyak ya, Mas Haris, telah singgah kemari. Saya juga suka kok membaca-baca di blognya Mas Haris.
Kalau begitu, sesuai teori ini, tugas orangtua yg pertama adalah mengenali potensi dan bakat sang anak terlebih dahulu. Begitu, Mas/
Iya, Pak Yudhi, dengan orangtua mengenali kecenderungan dan potensi yang dimiliki anaknya, akan lebih mudah membantu untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.
Assalammualaikum, wrwb,
Berarti dalam teori ini lingkungan tidak terlalu berpengaruh ya pak….? ditunggu kelanjutannya ya pak, terima kasih. wassalam
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Menurut teori ini memang demikian. Keberadaan lingkungan, terutama orangtua, hanya membantu turut serta mengembangkan potensi yang sudah dimiliki oleh masing-masing anak.
Ortu membantu menemukan bakat anak, mengembangkannya, tdk boleh membelokkanya dan tdk boleh mewarnai dgn warna lain…#berat neh
Itu menurut teori nativisme dalam soal potensi atau bakat. Tapi, kalau soal perilaku atau akhlak, tentu peran orangtua juga sangat besar. Makasih banyak ya, Mbak Ririe, telah singgah kemari.
Kalau saya belum pas punya anak Mas.Masih lajang jadi coba nyimak saja dahulu untuk pengetahuan kelak kalau udah punya anak 🙂
Iya, Mas Abed, makasih banyak ya….
Semoga suatu saat berguna, hehehe…. 🙂
betapa mendidik anak butuh masukkan dari berbagai rujukan ya pak
Nggih, Bu Mintarsih,
masukan, rujukan, referensi tiada salahnya kita gali dari berbagai sumber sebagai pengetahuan. Soal mana yang kita ambil untuk diterapkan dalam kehidupan, itu soal pilihan setelah mempertimbangkan segala halnya.
Benar pak, orang tua hanya mengarahkan saja agar anak tetap dapat berkembang sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Kalau orang tua berkeinginan macam2 terhadap anak, harus ini dan itu berarti malah menghambat perkembangan bakat yang sesungguhnya ya.
Dengan demikian, tugas kita adalah mendampingi anak tercinta untuk berkembang sesuai dengan potensi dan bakat yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya ya, Mas.
setuju sekali, pak ustadz. tulisan yg mencerahkan. saya jadi ingin bisa selalu berbakti pada ortu, karna mereka telah memberi saya kebebasan memilih jalan hidup. 🙂
Terima kasih banyak ya, Mbak Damae. Alhamdulillah…, semoga kita selalu bisa berbakti dengan baik kepada kedua orangtua ya, Mbak Damae. Aamiin…
Maturnuwun Mas Amazzet. Baru pertama kali mampir ke sini langsung baca postingan berbobot sekali. Bisa nambah masukan buat saya mengasuh Aaqil nantinya. 🙂
Sama-sama, Mas Dani, matur nuwun juga telah singgah kemari. Semoga Aaqil tumbuh dan berkembang dengan sehat ya. Aamiin….
belajar sejak dini menjadi orang tua yang bijak, semoga dipercepat … amiin
😛
Mbak Mila, dengan penuh kesungguhan saya juga turut mengaminkan….
nah, itu yg penting bagi anak-anak, agar nanti setelah dewasa tidak seperti saya, hehe..
salam
Pengalaman yang akhirnya menjadi pelajaran penting ya, Mas…