Berbuat baik (ihsan) kepada orang yang lemah adalah amalan yang membuat pelakunya mendapatkan rezeki dari Allah Swt. Orang yang lemah (dhuafa) itu adalah orang yang lemah secara ekonomi. Di antara mereka adalah orang yang fakir, miskin, anak yatim, orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, orang yang sakit namun tidak punya biaya untuk berobat, atau orang yang telantar.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rezeki melainkan karena orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Bukhari)
“Dekatkan dirimu kepada-Ku (Allah) dengan mendekatkan dirimu kepada kaum lemah dan berbuatlah baik kepada mereka. Sesungguhnya kamu memperoleh rezeki dan pertolongan karena dukungan dan bantuan kaum lemah di kalangan kamu.” (HR. Muslim)
Mendekatkan diri kepada orang-orang yang lemah, ternyata adalah salah satu cara dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Mendekatkan diri kepada orang yang lemah dalam rangka berbuat baik kepada mereka. Amalan ini tidak selalu dilakukan dengan memberikan sesuatu yang bersifat materi kepada mereka. Dekat dengan orang lain bisa dibangun dengan memberikan perhatian kepada mereka, menemani ketika mendapatkan duka, bahkan hanya dengan menyapa secara hangat.
Dua hal penting yang disampaikan dalam hadits di atas adalah mendekatkan diri kepada orang yang lemah dan berbuat baik. Amalan ini juga bisa dilakukan dengan menjaga sikap kita jangan sampai menghinakan mereka, menganggap sepele, dan menghilangkan sama sekali rasa sombong dalam hati kita. Lebih dari itu, menjadikan mereka sebagai saudara sesama manusia dalam jalinan akrab yang saling menghargai.
Namun, mendekatkan diri dan berbuat baik kepada orang yang lemah dengan memberikan sesuatu, misalnya kesempatan kerja, bantuan keuangan, kebutuhan pokok, atau bahkan biaya pengobatan sudah barang tentu adalah hal yang sangat bernilai utama. Bahkan, amalan ini tidak hanya dibalas di dunia, ketika di akhirat pun menyebabkan pelakunya mendapatkan balasan surga.
Allah Swt. berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insân [76]: 8)
Pembaca yang tercinta, ketika seseorang melakukan perbuatan baik, sesungguhnya akan berbalik bagi dirinya sendiri. Demikian pula sebaliknya, ketika seseorang berbuat jahat, pada dasarnya kejahatan itu juga bagi dirinya sendiri. Berkaitan dengan perkara ini, marilah kita renungkan firman Allah Swt. sebagai berikut:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al-Isrâ [17]: 7)
Semakin jelas bagi kita bahwa apabila ingin mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat, hendaknya menjalin kedekatan dengan orang-orang yang lemah dan berbuat baik kepada mereka. Sungguh, amalan ini jangan sampai ditinggalkan bagi Anda yang ingin mendapatkan kelapangan rezeki dari Allah Swt., dan kebahagiaan.
Demikian artikel sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Al-Faqir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhaimin Azzet
Kalau ngasih ke pengemis itu hukumnya apa sih pa ustaz?
Ngasih kepada pengemis yang BENAR-BENAR membutuhkan hingga ia menjatuhkan harga dirinya untuk mengemis, tentu sangat disarankan dalam Islam.
ada yg mengemis dijadiin profesi taz
Nah…, ini tentu yang tidak dibenar dalam Islam ya, Sob.
sayangnya banyak pengemis sekarang jadi pekerjaan ya, bukan karena kondisi darurat
Sungguh, sama sekali Islam tidak membenarkan hal yang demikian.
kadangkala serba salah kalau mau ngasih ke orang yg memang profesinya pengemis..
Bila ia mengemis karena sangat membutuhkan, hendaknya kita memberinya, Mbak. Bila sudah menjadi profesi, tentu masalahnya menjadi lain.
berbuat baik kepada orang lemah, sekarang sangat jarang terperhatikan, padahal amalan yang sangat mulia..
Terimakasih ustdz telah di ingatkan..
Semoga kita tergerak hati untuk memperhatikan ya, Mbak. Aamiin….
Ikutan menyimak Ustadz 🙂
Silakan, Kang… 🙂 Makasih banyak ya….
berbuat baik itu pada siapa saja ya pak…
Iya, Mas Nanang, kepada siapa saja…
Berbuat baik itu pada siapa aja, tapi mungkin ada yang harus di utamakan ya Pak..
Dalam skala prioritas mestinya demikian, Mas.
Semoga bisa mengamalkan 🙂
Iya, Mas, semoga bisa mengamalkannya. Allaahumma aamiin….
Salam jumpa di rumah blog mas Akhmad…
Semogalah kita menjadi orang-orang yang suka berbuat baik kepada yang lemah…amiin
Salamun alaikum…
Iya neh…, salam jumpa di blog yang sederhana ini
Semoga kita menjadi orang yang senantiasa berbuat baik ya. Termasuk kepada orang yang lemah. Allaahumma aamiin…
Saya sering ragu terhadap peminta-minta yang sering dijumpai saat makan di warung atau yang minta sumbangan masjid. sehingga jarang sekali saya memberi kepada mereka. Apakah ini termasuk suudzon pak?
Secara halus barangkali termasuk suuzhon karena kita tidak punya bukti yang kuat bahwa ia termasuk yang sungguh2 membutuhkan atau bukan. Oleh karena itu, jika ada keraguan di dalam hati, ya tetap dikasih saja, meski hanya sedikit.
Reblogged this on MARJANI UNTUK PENDIDIKAN.
Terima kasih banyak ya, semoga semakin bermanfaat bagi pembaca.