Belajar Meyakini Allah

sujud, foto akhmad muhaimin azzetMelihat betapa pentingnya keyakinan dalam kehidupan seseorang, maka pertanyaan yang segera muncul adalah bagaimana menciptakan keyakinan itu sehingga bisa hadir dan senantiasa bersama mengiringi setiap aktivitas kita. Ini adalah pertanyaan penting dan mendasar bila kita ingin mempunyai keyakinan. Bila tidak, keraguan-raguan sering menjadi penyakit yang sulit disembuhkan dalam kehidupan seseorang. Bila sudah demikian, penyakit-penyakit berikutnya pun segera mengiringinya, seperti rasa minder, tidak punya keberanian untuk bersikap, atau selalu dibayang-bayangi rasa takut akan kegagalan.

Hal yang paling penting atau utama untuk dilakukan adalah belajar meyakini Allah Swt. Ini adalah keyakinan fundamental yang tidak bisa diganggu gugat. Sebab, hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla kita menyembah, mengabdi, dan memasrahkan segala keputusan setelah kita berikhtiar sepenuhnya. Hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa kita memohon pertolongan dan menggantungkan segala harapan. Hanya kepada Allah Swt. semata. Sungguh, segala yang lain, apa pun itu, tidak ada yang bisa mengungguli Allah, menyamai pun tidak. Semuanya berada di bawah kekuasaan Allah Swt.

Bukankah keyakinan yang demikian telah bersemayam dalam ruang hati kita yang paling dalam? Bahkan, semenjak kita mengakui diri sebagai orang Islam; semenjak kita mengucapkan dua kalimat syahadat. Keyakinan terhadap Allah Swt. ini telah berada dalam hati kita. Meskipun, tidak jarang kita masih berat dalam melaksanakan perintah-Nya. Dan, harus kita akui, tidak jarang pula kita begitu ringan melanggar larangan-Nya. Tetapi, kita masih mempunyai keyakinan sebagaimana yang sering kita ungkapkan kepada-Nya ketika kita melakukan shalat:

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (QS. al-Faatihah [1]: 5).

Sungguh, keyakinan yang demikian telah ada dalam hati kita. Ini terbukti hingga hari ini pun kita masih tidak mau ketika disuruh menyembah dan tunduk kepada selain Allah. Kita tidak mau ketika diminta menyembah pohon besar, batu besar, laut luas, atau berhala-berhala yang lain. Kita ketakutan bila diminta untuk melakukan semua itu. Kita takut dosa. Ya, dosa yang besar. Meskipun, harus diakui bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita tunduk kepada pimpinan, orang yang mempunyai kekuasaan, atau pihak yang kita anggap bisa memutuskan terhadap baik-tidaknya karier atau rezeki kita, melebihi ketundukan kita kepada Allah Swt.

Ya, keyakinan pokok yang demikian memang benar-benar sudah ada dalam hati kita seiring dengan kesadaran bahwa kita masih mengakui diri dan bangga sebagai orang Islam. Ini terbukti hingga hari ini pun kita masih suka berdoa kepada Allah Swt., memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menyandarkan harapan kepada-Nya. Kita tidak mau bila disuruh memohon kepada paranormal, kuburan, atau tempat-tempat yang dianggap keramat. Meskipun, diam-diam kita juga harus mengakui bahwa dalam hati kita bertakhta keyakinan dan ketergantungan yang sangat besar kepada jabatan, karier, atau jenis usaha tertentu jauh melebihi keyakinan dan ketergantungan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Keyakinan yang Mendua

Sungguh luar biasa dengan kita ini. Sebuah keyakinan yang nyata-nyata berbeda, berlainan arah, bisa menghuni secara bersama-sama dalam hati kita. Betapa kita menyembah dan tunduk kepada Allah, tetapi pada saat yang lain atau pada urusan tertentu (biasanya yang lebih bersifat duniawi) kita “menyembah” dan “tunduk” kepada selain-Nya. Betapa kita berdoa dan menggantungkan harapan kepada Allah, tetapi pada saat yang berbeda kita sangat tergantung kepada selain-Nya.

Bila kenyataannya demikian, sekali lagi, sungguh luar biasa dengan kita ini. Luar biasa sekaligus menyedihkan. Mengapa menyedihkan? Ketahuilah duhai Saudaraku tercinta, inilah awal dari kehancuran kita. Kehancuran keimanan kita kepada Allah Swt. karena kita telah membuat sekutu selain-Nya; kehancuran dari setiap usaha yang kita lakukan di dunia ini (yang meskipun sukses) karena tidak ada keberkahan dalam kehidupan ini. Na’udzu billah! Marilah bersama-sama kita memohon kepada Allah Swt. agar diberi kekuatan dapat menghindar dari keyakinan yang buruk seperti ini.

Sungguh, itu semua adalah sebuah keyakinan yang buruk karena keyakinan kita tidak total; masih bercampur dengan yang lain, masih ada sekutu, tidak hanya kepada-Nya. Padahal, dalam al-Qur’an al-Karim, Allah Swt. telah berfirman sebagaimana berikut:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah….” (QS. Muhammad [47]: 19).

Kepada selain Allah Swt. barangkali kita tidak menyembah secara ritual sebagaimana kita menyembah-Nya. Kita tidak ruku’ dan sujud kepada selain Allah Swt. Kita tidak duduk bersimpuh kepada selain-Nya ketika meminta, berharap, atau menggantungkan masa depan. Tetapi, sikap hati kita yang mendua, yang seakan-akan melupakan Allah Swt., atau bahkan beranggapan bahwa tidak ada peran Allah Ta’ala dalam usaha yang sedang kita lakukan, inilah masalah utamanya.

Keyakinan yang mendua, atau keyakinan yang tidak hanya kepada-Nya seperti tersebut bila dibiarkan akan berakibat yang sangat fatal, pelakunya menjadi musyrik. Keyakinan yang demikian betapa telah menghancurkan sendi-sendi akidah seorang mukmin. Duh…, ya Allah Yang Maha Pengampun, semoga bukan demikian yang terjadi pada diri kami. Semoga semua ini hanya karena keyakinan kami yang lemah kepada Engkau. Maka, berilah kami kekuatan.

Sekali lagi, semoga itu semua hanya karena keyakinan kita yang lemah kepada Allah Swt. Meskipun, keyakinan yang lemah inilah yang pernah sangat dikhawatirkan oleh teladan kita dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Muhammad Saw. Dalam sebuah kesempatan beliau pernah bersabda:

“Yang paling aku khawatirkan terhadap umatku apabila: terlalu kenyang, kebanyakan tidur, malas, dan keyakinan yang lemah.” (HR. Daruquthni).

Keyakinan yang lemah kepada Allah Swt. akan membuat pelakunya sering tidak konsisten terhadap keyakinannya sendiri. Misalnya, betapa kita telah meyakini bahwa Allah Swt. Maha Mengetahui, apa pun itu, terbuka maupun tertutupi. Tetapi, mengapa ketika kita melakukan perbuatan dosa seakan-akan kita lupa bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap semua perilaku kita, bahkan desir lembut suara hati kita. Mengapa keyakinan kita bahwa Allah Maha Mengetahui itu tidak membuat kita malu ketika berbuat dosa; padahal Allah mengetahui hal itu. Inilah sebuah keyakinan yang lemah. Sungguh, kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari sifat dan tingkah laku yang demikian.

Maka, supaya selamat dari keburukan keyakinan yang lemah, seseorang harus menguatkan keyakinannya kepada Allah Swt. Dalam hal ini, sangat penting bagi kita untuk “belajar kembali meyakini Allah”. Belajar kembali ini sangat penting untuk kita lakukan karena betapa kita telah menyadari bahwa selama ini keyakinan kita kepada Allah belum kuat dan tangguh. Ini terbukti masih seringnya sikap hati dan perbuatan kita tidak berbanding lurus dengan keyakinan kita. Lebih dari itu, “belajar kembali” ini kita lakukan sebagai perwujudan rasa rendah hati dan kejujuran kita, bahwa senyatanya kita masih sering berbuat salah dan lupa.

Demikianlah. Semoga di pertemuan selanjutnya dapat dibahas lebih khusus lagi tentang cara “belajar kembali meyakini Allah” di blog yang sederhana ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Al-Faqir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhaimin Azzet

30 Komentar

Filed under Ibadah

30 responses to “Belajar Meyakini Allah

  1. mesti belajar ya, ustadz?

  2. semoga kita semua selalu istikomah ya pak, karna kadang setan merasuki hati agar putus asa dengan keadaan

  3. Pakies

    QS. al-Faatihah [1]: 5), hampir tiap hari berulang-ulang kita ucapkan namun seringkali hanya sampai tenggorokan saja. Padahal maknanya sangat luar biasa, sebuah ketauhidan tertinggi dan disitu pula kita merasakan ‘pengayoman’ hidup di dunia dan akhirat.
    Semoga kita semua dilimpahkan kemudahan untuk mengalirkan Al Faatihah dalam setiap sel hidup kita untuk menuju keabadian hidup.\

    • Dhymalk dhykTa

      Amin Ya Rabbal alamin..
      Ada buku yg luar biasa yg membahas samudera fatihah, mengapa fatihah menjadi ummul kitab..
      sebagai rangkuman hubungan hamba dan Rabb nya,,

    • Saya sangat setuju dengan Panjenengan, Pak Ies. Betapa penting memahami surat al-Fatihah, sampai-sampai masuk dalam rukun shalat hingga mesti kita baca di setiap rakaat. Makasih banyak nggih, Pak Is, atas tanggapannya yang penting ini.

  4. Tulisan Pak Az.zet memang keren
    pengen bisa nulis yang mengalir seperti ini >_,
    tilisan saya kok selalu jadi pendek ya dan terburu-buru h ehe he

    Terima kasih tulisanya mencerahkan

  5. Assalamu’alaykum tadz
    wah, tulisannya pas banget dengan kondisi saya sekarang..
    syukron, diingatkan

  6. Ternyata meyakinkan hati tidak segampang mengucapkannya, ditunggu ulasan selanjutnya Ustadz. Syukron.

  7. Syahru Al Banjari

    pemuda sekarang lbh mengenal artis dan atlit drpd para ulama.. lbh memilih nonton konser drpd datangi majelis2 ilmu. semoga Allah teguhkan hati kita utk membina ummat, ust… :’)

  8. menjaga agar keyakinan itu tetap utuh & konsisten… itu juga penting ya Pak… terima kasih utk tulisan penuh makna ini.. 🙂

  9. Assalamu alaikum wr. wb.

    salam kenal pak akhmad 😀

    semoga ilmu yang terpaparkan di atas, bermanfaat buat yng membacanya

  10. Assalamu Alaikum pak 😀

    lama aku tidak berkunjung, gimana kabar penghuni blog ini :eettsss..tuan rumah maksudnya 😀

    salam ukhuwah pak

  11. Pulau Tidung

    Yakin see, sudah pasti sampai mati… namun ketakwaan itu yang susahnya minta ampun Sob……..

  12. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet….

    Hanya mereka yang mencintai Allah SWT dan Rasul-NYA sahaja yang berani menghadapi segala kesulitan dan kepayahan hidup ini. Setiap kebatilan yang berada di depan mata menjadi kebencian mereka dan selalu mengajak kepada kebenaran.

    Yakin kepada Allah SWT bukan perbuatan yang dibuat2 tetapi mesti dilatih dengan penuh taat dan patuh bahawa apa yang dilakukannya adalah atas perintah Allah SWT.

    Banyak manusia yang berburuk sangka dengan Allah sehingga tidak yakin akan kebenaran Islam yang dianutinya sendiri. Semoga Allah selalu melindungi kita dari musibah yang membawa fitnah di dunia dan di akhirat.

    Tulisan yang menginspirasi untuk selalu yakin akan kasih sayang Allah SWT dan rahmat-NYA.

    Salam hormat takzim selalu dari Sarikei, Sarawak. 😀

    • Wa’alaikumusalam wr.wb.

      Alhamdulillah…, makasih banyak ya, Mbak Fatimah, atas kunjungan dan pencerahannya melalui komentar di blog sederhana ini. Ya, benar sekali, betapa penting soal meyakini Allah Ta’ala ini, termasuk di dalamnya adalah berhusnuzhan kepada-Nya. Dengan demikian, semoga hidup kita senantiasa bahagia dalam rahmat dan berkah dari Allah ‘Azza wa Jalla.

      Salam hormat juga dari Jogja ya, Mbak 🙂

  13. bunadi

    Assalamua’alaikum pak ustad. Gimana caranya menumbuhkan rasa keyakinan pd kehidupan sehari hari trimakasi pak ustad ats jwbannya.

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s