Pendidikan yang Mendengarkan Anak Didik

Penulis bahagia bersama santri.

Penulis bahagia bersama santri.

Kenyataan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan yang tidak membebaskan adalah, seorang guru, misalnya, lebih senang untuk banyak berbicara di depan murid-murid daripada mendengarkan dengan baik apa yang mereka butuh dan inginkan. Bila sudah demikian, bagi para murid yang merasa tidak didengar keinginan dan pendapatnya, akan merasa jemu dalam mengikuti proses belajar mengajar. Bila kejemuan telah berkembang dalam diri murid atau anak didik maka alamat proses belajar mengajar akan sulit mencapai keberhasilan. Di sinilah pentingnya pendidikan yang mendengarkan anak didik itu.

Sekolah tidak cukup dengan menyandang sebagai sekolah yang telah maju atau mendapatkan akreditasi terbaik. Bagi pendidikan yang membebaskan, sekolah yang semacam ini perlu dipertanyakan apabila tidak menerapkan nilai-nilai yang demokratis di dalamnya. Gedung sekolahnya memang bagus dengan gerbang yang besar di depannya. Namun, gerbang ini tertutup rapat untuk murid yang terlambat satu menit saja. Sekolah tidak perlu bertanya mengapa ia terlambat dan segera menuduhnya sebagai murid yang tidak disiplin.

Dalam beberapa sekolah tertentu, memang ada pandangan bahwa demokrasi tidak diperlukan dalam dunia pendidikan. Demokrasi hanyalah cocok untuk urusan-urusan yang berbau politik dan kekuasaan. Dalam dunia pendidikan yang dibutuhkan adalah pemberian materi pelajaran yang terbaik kepada anak didik berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan serta dengan fasilitas yang lengkap dan mendukung. Kesemuanya itu perlu dilakukan dengan penegakan disiplin yang tinggi agar apa yang direncanakan dalam tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan orang-orang yang terlibat dalam mengambil keputusan di bidang pendidikan.

Demikian pula dengan para orangtua di rumah. Tak jarang dalam mendidik anaknya sama sekali mengabaikan betapa pentingnya demokrasi. Misalnya, orangtua memaksa-maksa anaknya untuk mengikuti banyak les tambahan pelajaran di samping diharuskan juga mengikuti kursus yang dianggapnya penting untuk masa depan anaknya. Anak tidak pernah didengar pendapatnya mengenai dia suka atau tidak terhadap les atau kursusnya. Semuanya itu harus dilakukan dengan disiplin bila ingin kehidupan masa depan yang gemilang.

Pertanyaan penting yang harus segera diajukan adalah apakah tidak boleh memberikan aturan disiplin kepada anak didik atau mengharuskan anak mengikuti bermacam les tambahan pelajaran? Persoalannya sesungguhnya bukan boleh atau tidak boleh. Akan tetapi, bagaimana caranya disiplin itu diterapkan sehingga menjadi aturan bersama; atau bagaimana mengikuti les tambahan pelajaran itu diputuskan sehingga diikuti oleh sang anak. Apabila kesemuanya itu dilakukan dengan dialog sebelumnya yang dilakukan dengan cara yang baik, mendengarkan apa yang menjadi keinginan, keberatan, dan kesukaan sang anak, tentu tiada masalah dengan diterapkannya disiplin, les tambahan pelajaran, kursus, atau beberapa aturan lainnya.

Hal yang paling pokok dari persoalan pendidikan yang demokratis adalah pandangan bahwa adanya kesetaraan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam pendidikan yang demokratis tidak mengenal adanya pihak yang satu mendominasi yang lainnya; satu menjadi subjek sedang yang lainnya menjadi objek. Oleh karena itu, sebuah hubungan yang mengedepankan dialog sangat dipandang penting keberadaannya. Bahkan, di hadapan Tuhan pun, menurut ajaran Islam, kedudukan manusia antara yang satu dengan yang lainnya berposisi sama. Satu-satunya yang membedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya di hadapan Tuhan adalah ketakwaannya. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan yang demokratis adalah hal penting yang mesti dilakukan agar anak manusia tidak tersingkirkan dari hakikat kemanusiaannya.

Demikian dan semoga bermanfaat bagi kita bersama.

Salam Pendidikan Indonesia,
Akhmad Muhaimin Azzet

22 Komentar

Filed under Pendidikan

22 responses to “Pendidikan yang Mendengarkan Anak Didik

  1. Saya tetap terus belajar menjadi orangtua,
    kadang rasa kurang sabarlah yang menjadi kita sedikit diktator kepada anak, baik sebagai guru maupun ortu.
    Terima kasih nasihatnya Pak.

    • Iya, Mbak Salma, orangtua atau guru selalu mengajarkan kepada anak-anak harus belajar dan belajar. Pada yang sama, orangtua atau guru pun harus selalu belajar dan belajar. Termasuk belajar dalam kesabaran mendidik dan mendampingi anak-anak.

  2. Suka sekali dengan konsep pendidikannya pak ustadz. Pasti jiwa eksplorasi dan berpikir luas bisa berkembang pesat di antara anak-anak didik pun akan memperkaya khasanah pengajarnya..

  3. Evi

    Mendidik anak2 disiplin dalam tataran demokrasi, butuh seni tersendiri ya, Pak Azzet. Kepandaian yang mesti dimiliki guru dan orang tua abad ini 🙂

  4. Saya salut kepada pendidik yang mendengarkan anak didiknya, Tidak selalu mendominasi dalam kelas. Suasana belajar dan mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas bisa menjadi hal yang menyenangkan dan efektif. Kira kira begitu dalam pemahaman saya

    • “Suasana belajar dan mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas bisa menjadi hal yang menyenangkan dan efektif.” Sungguh saya sepakat dengan kalimat kunci yang ditulis Mas Asep Haryono ini. Makasih banyak ya, Mas 🙂

  5. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…

    Saya setuju dengan pandangan mas Amazzet bahawa pendidikan perlu memberi perhatian dalam mendengar permasalahan murid dalam pembelajaran agar sesi pengajaran dan pembelajaran (PdP) berjalan dalam suasana yang harmonis dan kondusif.

    Guru perlu bersikap demokratik dengan berkomunikas secara dua hala dan sentiasa dinamik dalam pengajarannya agar murid sangat bahagia apabila berada di sekolah bersama guru yang hebat dan dibanggakan.

    Mudahan pendidikan kita sentiasa maju dalam aspek kemahiran guru dan pemikiran mereka supaya kejayaan anak-anak semakin membuahkan kebanggaan buat negara secara umumnya selain pendidikan akhlak yang murni dan sejati menurut syariat.

    Salam hormat dari Sarikei, Sarawak dan mudahan mas Amazzet diganjari pahala yang banyak dalam usaha mengalir ilmu yang bermanfaat buat sesama kita. Aamiin. 🙂

    • Wa’alaikumusalam wr.wb.
      Terima kasih banyak ya, Mbak Fatimah. Semua ini tentu penting untuk kita perhatikan agar proses pendidikan bagi anak-anak kita dapat berjalan dengan menyenangkan. Bila berjalan dengan menyenangkan semoga tujuan dan harapan dari diadakannya pendidikan itu sendiri dapat tercapai dengan baik. Salam dari Jogja ya, Mbak.

  6. Guru ngejar target jadi sering tak mau mendengarkan murid2. Yang penting target kurikulumnya tercapai.

  7. saya bersyukur anak-anak bisa bersekolah dimana para guru mau memberikan kesempatan anak-anak untuk mengeluarkan pendapatnya. Malah pernah saya beberapa kali berusaha minta maaf kalau seandainya anak-anak saya (terutama yang pertama) terlalu ingin banyak berdiskusi. Gak taunya guru-guru malah seneng. Katanya, suasana kelas justru jadi hidup kalau murid2nya aktif

    • Alhamdulillaah…, bersyukur sekali ya, Mbak Myra Anastasia. Semoga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sehingga, mereka berhasil meraih cita-citanya sekaligus berakhlak yang baik.

  8. nanangrusmana

    konsep pendidikan yang baik. sayangnya pemerintah kita masih belum mau menjalankan konsep seperti ini ya mas…

  9. zaman sy sekolah dulu,duluuu bgt ^-^ guru2 kebanyakan mendominasi kelas.skrg sy msh trus belajar menjadi guru utk anak sy,sabar nya itu loh pak ust,susahhh… 😦

  10. Setiap hari saya kilas balik, hari ini sudahkah saya memberikan kesempatan ke anak2 utk bertanya atau menyampaikan pendapat. Kadang karena penerimaan anak2 bimbel yg beragam dan saya harus menerangkan ulang, jadinya yg sdh bisa suka agak2 gimana gitu. :). Hmmm… pusing :(.

    • Hmmm…, begitu ya, Mbak. Berarti perlu dibangun kembali pemahaman bahwa bimbel ini adalah belajar bersama agar anak-anak maju bersama. Dengan pengulangan, yang sudah bisa pun tidak bosan karena semacam pengayaan dalam penguatan pemahamannya. Atau, yang sudah bisa membantu yang sudah bisa dengan terlibat misalnya menerangkan di depan atau mengerjakan soal dari anak yang belum bisa di papan tulis.

  11. Zaman sudah terbuka, sekarang anak didik juga harus di dengarkan 🙂 jadi bisa belajar keduah pelah pihak

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s