Umar bin Khathab r.a. berkata, “Aku dan beberapa sahabat yang lain berjalan bersama Nabi Saw. Beliau memegang tanganku dan berjalan. Ketika itulah aku berkata, ‘Ya Rasulullah, demi Allah aku mencintaimu.’
“Lalu, Nabi Saw. bertanya kepadaku, ‘Apakah cintamu kepadaku lebih besar daripada cintamu kepada anakmu, Umar?’
“Ya,’ jawabku.
“Beliau kembali bertanya, ‘Apakah cintamu kepadaku lebih besar daripada cintamu kepada keluargamu?’
“Ya,’ jawabku.
“Beliau bertanya lagi, ‘Apakah cintamu kepadaku lebih besar daripada cintamu kepada hartamu?’
“Ya,’ jawabku.
“Akhirnya beliau bertanya, ‘Apakah cintamu kepadaku lebih besar daripada cintamu kepada dirimu sendiri?’
“Tidak,’ jawabku.
“Mendengar hal tersebut, Nabi Saw. berkata, ‘Tidak boleh, wahai Umar. Imanmu belum sempurna sampai diriku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri.”
Umar melanjutkan. “Setelah itu aku keluar dan berpikir sejenak, lantas aku kembali seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’
“Nabi Saw. pun menjawab, ‘Sekarang [imanmu telah sempurna], wahai Umar, sekarang [imanmu telah sempurna], wahai Umar.” (HR. Bukhari, no. 6632 ; Imam Ahmad, 5/293).
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Abdullah bin Umar sempat bertanya, “Wahai Ayah, apa yang telah kau lakukan sehingga engkau kembali guna menyatakan hal tersebut?”
Umar menjawab, “Wahai Anakku, aku keluar dan bertanya kepada diriku sendiri, siapakah yang lebih butuh pada hari kiamat nanti: aku atau Rasulullah? Aku sadar bahwa aku lebih butuh kepadanya daripada dia kepadaku. Aku ingat bagaimana tadinya aku berada dalam kesesatan, kemudian Allah menyelamatkan diriku melaluinya.” (HR. Abu Daud, no. 3562).
* * *
Duhai pembaca yang budiman, ternyata mencintai Nabi Muhammad Saw. adalah bagian dari kesempurnaan iman. Mencintai Nabi Saw. mestinya lebih besar daripada cinta kita terhadap anak, keluarga, harta, bahkan diri kita sendiri. Umar bin Khathab r.a. memberikan alasan kepada putranya tentang bagaimana bisa ia lebih mencintai Nabi Saw. ketimbang kepada dirinya sendiri.
Sungguh, kita sangat butuh kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, mari kita menumbuhsuburkan rasa cinta kita kepada beliau Saw.
Bagaimana caranya? Di samping memperbanyak menyebut nama beliau Saw. dengan cara membaca shalawat dan salam kepadanya, juga melaksanakan ajaran beliau dengan semangat dan senang hati. Lebih dari itu, tentu mari kita buktikan rasa cinta kita dengan meneladani akhlak beliau Saw. yang mulia.
Demikianlah. Semoga rasa cinta dan rindu kita kepada beliau Saw. semakin bertambah-tambah.
Pagi gerimis, 12 Rabiul Awwal 1436 H.
Aamiin…aamiin…aamiin Ya اللّهُ…
جزاكم الله خيرا mas untuk tulisannya…
Allaahumma aamiin…
Sama-sama ya, Teh, makasih banyak telah singgah kemari. Jazakillah khair.
وَٱنْتُمْ فَجَزَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا
Saya suka baca tulisannya, sekaligus mengingatkan saya mas…
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet….
Betapa rindu ingin bertemu Rasulullah SAW. Kita beriman dan hanya bisa mendengar kisah baginda SAW melalui firman Allah di dalam al-Quran dan Hadis-hadis yang disampaikan. Mudahan keimanan kita kepada Allah dan Rasulullah akan menyeret kita ke dalam syurga melalui rahmat -NYA kerana mencintai Rasul-NYA. Ya Rasulullah SAW, ku sebut namamu, namun ada rindu yang lebih dari itu. Terima kasih mas Amazet telah menulis tajuk yang membawa kita dekat kepada Rasulullah SAW.
Salam hormat takzim dari Sarikei, Sarawak.
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Benar sekali, Mbak Fatimah. Keimanan ini, percayaan ini, keyakinan ini, betapa menumbuhkan kerinduan yang luar biasa kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Semoga kerinduan ini tersambung dan dapat berjumpa dengannya beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Terima kasih atas kunjungannya ya, Mbak.
Salam hormat juga dari Jogja, Indonesia.
Amin-amiiin.. Maturnuwun Pak Ustadz.. 🙂
Aamiin ya Kariim…
Sama-sama, Mas Dani, matur nuwun juga telah singgah kemari nggih 🙂
Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin fil arwah.. wa ‘ala jasadihi fil jasad.. wa ‘ala qabrihi fil qubur..
Salam takzim untuk Guruku ustadz Aam..
Allaahumma shalli ‘alaa ruuhi sayyidina muhamaadin fil arwah….
Salam takzim juga untuk panjenengan, Mas Eko Widianto. Semoga sehat wal afiat bersama keluarga. Makasih banyak ya, Mas.
Matur nuwun Pak Ustadz… sampun ngoreksi teks sholawatipun..
Sungguh doa adalah hadiah terindah.. apalagi dari Guru pembimbing..
Semoga juga Pak Ustadz dan keluarga selalu dalam keadaan sehat wal afiah…
Ngomong2 fotonya sangat sesuai dengan tema “Mencintai Nabi” dan sungguh sangat indah…
Mudah2an suatu saat Allah mengijinkan saya bersilaturahmi ke tempat Pak Ustadz Akhmad..
Salam rindu dari Tangerang…
Sami-sami, Mas Eko, kita saling mendoakan ya. Itu foto pas bershalawat di Jogja. Ohya, semoga suatu saat dapat bersua 🙂
Aamiin, aamiin, Allahumma aamiin
Apa kabar, Pas Ustadz?
Aamiin ya Kariim….
Alhamdulillaah…, kabar baik, Mbak Anazkia. Semoga demikian juga dengan panjenengan.
Pak ustadz, saya agak menitikkan air mata membaca ini, pake “agak” pula, malu saya sama Rosul yang begitu mencintai umatnya, tapi umatnya malah lalai, termasuk saya ini, makasih pak ustadz sudah diingatkan, rupanya dunia masih berkilau buat saya sehingga membaca hal-hal seperti ini kembali mengingatkan bahwa saya bukan siapa-siapa
Benar sekali, Mbak Evrina, betapa Rasulullah Saw. teramat sangat mencintai umatnya. Oleh karena itu, mari kita tumbuhsuburkan rasa cinta pula kepada beliau Saw.
Iya pak. Malunya saya sebagai umatnya
Kadang malu mengingat kecintaan Rasulullah pada umatnya begitu besar tapi kita (aku) masih mencintai n meneladani beliau sekedarnya 😦
Makasih sudah diingatkan pak ustadz utk menyuburkan cinta kita pd Rasulullah
Rasa malu itu menggeliat karena bukti keimanan. Maka, mari kita tambah-tambah rasa cinta dan kerinduan kepada Rasulullah Saw. ya, Mbak.
Sama-sama ya, Mbak, makasih juga telah singgah kemari ya.
sangat mencerahkan sekali pak tulisannya, semoga saja kita mencintai rasullulah.
Terima kasih banyak, Lapak Medan.
Aamiin ya Kariim…
Amien amien …mencintai nabu Muhammad sebagai kesempurnaan iman yaa #makasihSharing nya
dah lama ngak berkunjung kesini 🙂
Sama-sama ya, Mas, makasih banyak tentu atas kunjungannya.
masyaAllah tendnagan yang dahsayat untuk relung qalbu ustadz.. terima kasih banyak Allahuma sholi ala muhamaad….
Alhamdulillaah…, semoga bermanfaat bagi kita bersama ya, Mas Angki.
Allahumma shalli wa sallim ‘alaih….
assalamu alaikum bpk. ustad
apakah kalau rasa cinta ini lebih besar kepada kedua orang tua dibandingkan kepada rasulullah SAW apakah itu salah atau benar
mohon masukan’a pak ustad terima kasih sebelum’a assalamu alaikum
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Mencintai orangtua tentu ini sudah semestinya, Sob. Inilah yang diperintahkan oleh Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Pokok masalahnya adalah bagaimana kita bisa mencintai orangtua dan cinta kita kpd orangtua itu karena wujud cinta kita kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Saw.
Demikian, Sob, semoga bermanfaat.