Kedudukan Shalat dalam Islam

Shalat, foto Ustadz Muhaimin AzzetDi dalam al-Quran, Allah Swt. banyak sekali berfirman tentang kewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu. Di antaranya adalah sebagai berikut:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. al-Baqarah [2]: 43).

“…Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisâ’ [4]: 103).

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thâhâ [20]: 14).

“…Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-‘Ankabût [29]: 45).

Kewajiban Setelah Bersyahadat

Shalat mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam. Terutama shalat wajib lima waktu, kedudukannya dalam rukun Islam didahulukan, setelah mengakui diri sebagai orang Islam atau membaca dua kalimat shahadat, sebelum kewajiban yang lainnya.

Sebagaimana yang sudah kita ketahui, bahwa Islam itu ditegakkan oleh lima perkara yang disebut sebagai rukun Islam. Yakni, membaca dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mempunyai kemampuan.

Setelah mengakui diri sebagai seorang Muslim dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, kewajiban pertama dan utama yang harus dilaksanakan adalah shalat lima waktu.

Sebagai Tiang Agama

Tanpa melakukan shalat lima waktu, berarti seseorang telah meruntuhkan keagamaannya sendiri. Sebab, shalat adalah tiang agama. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. telah bersabda sebagai berikut:

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ وَ مَنْ تَرَكَهَا فَفَدْ هَدَمَ الدِّيْنِ

“Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang mengerjakannya berarti ia menegakkan agama, dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia meruntuhkan agamanya.” (HR. Baihaqi).

Tanda yang Nyata

Sebagai tiang agama maka mengerjakan shalat merupakan tanda yang paling nyata apakah seseorang beragama dengan baik atau justru menjadi orang yang kufur. Rasulullah Saw. bersabda:

بَيْنَ الْعَبْدِ و الْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاةِ

“(Batas) antara hamba dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).

Tolok Ukur Amal

Shalat juga menjadi tolok ukur apakah amal seorang Muslim itu baik atau tidak pada saat perhitungan amal di hari kiamat nanti. Jika shalat seseorang baik maka amal yang lain dihitung sebagai amal yang baik. Sebaliknya, jika shalat seseorang buruk maka amal yang lain dihitung sebagai amal yang buruk. Rasulullah Saw. bersabda:

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاةُ فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَ اِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَئِرُ عَمَلِهِ

“Pertama-tama amalan yang dihisab (dihitung) untuk seorang hamba pada hari kiamat (nanti) adalah shalat. Apabila shalatnya itu bagus maka baguslah amalan yang lain, dan apabila buruk maka buruk pulalah amalan yang lain.” (HR. Thabrani).

Perintah Secara Langsung

Betapa utama dan penting sebuah ibadah yang bernama shalat itu. Sehingga, satu-satunya perintah dari Allah Swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk umatnya secara langsung, hanyalah perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu. Yakni, pada saat Nabi Muhammad Saw. isra’ dan mi’raj, serta menghadap Allah Swt. secara langsung di Sidratul Muntaha. Hal ini berbeda dengan perintah yang lainnya, Allah Swt. menyampaikan wahyu melalui Malaikat Jibril a.s.

Tidak Boleh Ditinggalkan

Sungguh, betapa utama dan pentingnya ibadah shalat lima waktu itu. Sampai-sampai apabila seseorang tidak bisa mengerjakannya dengan berdiri (karena sakit atau sebab yang lain), maka shalat bisa dilakukan dengan duduk. Apabila seseorang tidak bisa mengerjakan shalat dengan duduk, maka shalat bisa dikerjakan dengan miring. Apabila tetap tidak mampu juga, maka shalat dapat dikerjakan dengan telentang atau berbaring.

Semua itu menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan, kecuali oleh hal-hal yang telah dibenarkan oleh syara’, misalnya wanita yang sedang haid atau nifas, maka ia justru tidak boleh mengerjakan shalat.

Tempat Bagi yang Meninggalkannya

Oleh karena itu, jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang yang tidak mengerjakan shalat. Di dalam Al-Quran disampaikan bahwa tempat bagi orang-orang yang tidak mengerjakan shalat adalah di neraka. Allah Swt. berfirman:

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. al-Mudatstsir [74]: 42-43).

Setiap orang yang bisa berpikir dengan akal sehat, sudah barang tentu, tidak ingin dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan siksaan. Apalagi, kehidupan di akhirat adalah sebuah kehidupan abadi yang sama sekali tidak mungkin bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki amalan.

Semoga Masuk Surga-Nya

Maka, marilah kita mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, semoga kita bisa dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan. Apalagi, masuk surga bersama Rasulullah Saw., manusia agung junjungan kita. Betapa sebuah nikmat yang luar biasa.

Mengenai hal ini, marilah kita perhatikan sebuah hadis berikut, yakni dari Rabi’ah bin Ka’ab, ia berkata:

كُنْتُ أَبِيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوُضُوئِهِ وَ حَاجَتِهِ فَقَالَ لِيْ: سَلْ, فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الجَنَّةِ. قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذاَلِكَ؟ قُلْتُ: هُوَ ذاَلِكَ. قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ

“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Saw., lalu aku bawakan beliau air wudhu dan beliau berkata kepadaku, ‘Mintalah!’ Aku pun berkata, ‘Aku meminta agar bisa menemani engkau di surga.’ Beliau bertanya, ‘Tidak ada permintaan lain selain itu?’ Aku menjawab, ‘Hanya itu saja.’ Beliau bersabda, ‘Bantulah aku untuk menolong dirimu dengan banyak sujud (shalat).” (HR. Muslim).

Demikian tulisan tentang kedudukan shalat dalam Islam ini dan semoga bermanfaat untuk kita bersama.

Al-Faqir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhaimin Azzet

22 Komentar

Filed under Ibadah

22 responses to “Kedudukan Shalat dalam Islam

  1. naniknara

    terimakasih tulisannya.
    jadi pengingat, sholat saya kadang masih bolong

  2. inspirastif setiap tulisannya pak

  3. Sujud adalah bukti bahwa kita ini lemah dan tak berdaya. Sujud adalah tanda bahwa kita membutuhkan Allah Subahanahu wata’ala. Matur suwun pengingatnya ya Kangmas.

    • Betul sekali, Mas Belalang Cerewet, dengan sujud berarti kita tidak sombong dan sangat membutuhkan-Nya.
      Sama-sama ya, Kangmas, matur nuwun juga telah singgah kemari.

      • Kesombongan kadang juga terasa halus banget ya Mas, seiring perasaan kita yang seolah bisa mandiri, bisa sukses, bisa ini-intu tanpa campur tangan Tuhan.

      • Astaghfirullaah…, benar sekali ini, Mas Belalang Cerewet. Semoga kita dikaruniai hati yang selamat ya, Mas.

        Ohya, acara seabad Mamba’ul Ma’arif ramai ya, Kangmas. Ada launching dan bedah buku biografi Mbah KH. Bisri Syansuri, bershalawat bersama Habib Syech, pengajian bersama Gus Ali dan Gus Mus, juga munas IKAPPMAM.

  4. aamiin… semoga makin banyak insan manusia yang memuliakan ibadah yang utama ini pak… dan kita bisa selamat bersama” semoga pak ini tulisan yang bagus pak salut dengan pak akhmad…. semoga kita bisa selamat pak dunia dan akhirat aamiin terima kasih pak ustadz ilmunya #indonesiasholat #indonesiaselamat

  5. mysukmana

    praying remainder 🙂 ustad

  6. Hastira

    terimaksih diingatkan, seringkali kita mendahulukan yang lain dripada solat

  7. Makasih sudah diingatkan pak ustadz semoga kita termasuk orang2 yg selalu mengingat Allah dan menjaga shalat dimana pun berada

  8. terima kasih pengingatnya pak ustadz, sebagai insan yang pelupa aku jarus diingatkan terus

  9. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…

    Semoga dirahmati Allah SWT kerana berbagi ilmu bermanfaat yang mencerahkan ini. Aamiin.

    Alhamdulillah, posting ini sebagai pesan dan nasihat buat kita untuk selalu membaiki solat yang berhubungan secara terus dengan Allah SWT saat melaksanakannya.

    Solat merupakan tuntutan yang mesti difahami kebaikan dan keutamaannya agar kita bersolat bukan asal-asal sahaja. harus dnegan hadir diri dan penuh khusyuk. Solat mencegah perkara fahsya dan mungkar. Mudahan disiplin dalam solat dapat membina jati diri kita sebagai muslim yang taat dan patuh dengan perintah Allah SWT.

    Salam hormat dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    • Wa’alaikumusalam wr.wb.

      Alhamdulillaah…, terima kasih banyak, Mbak Fatimah, atas kunjungan dan doanya. Semoga kita semakin menyadari betapa shalat ini adalah ibadah yang utama dalam agama yang lurus ini. Semoga kita bisa terus-menerus memperbaiki kualitas shalat kita. Semoga kita semakin bisa merasakan betapa bahagianya berdekat-dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

      Semoga doa-doa kita dikbaulkan ya, Mbak. Allaahumma aamiin…

      Salam hormat juga dari Jogja, Indonesia.

  10. Assalamu’alaikum ustdz lama tak silaturahim.. Baru muncul lg nih..😀

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s