Seorang guru yang ingin dicintai oleh anak didiknya harus bisa bersikap kasih dan sayang kepada mereka. Bersikap kasih dan sayang ini besar sekali pengaruhnya dalam rangka mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar. Bersikap kasih dan sayang ini diyakini menjadi sumber mata air kebijaksanaan dalam semua sendi kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Sikap seorang guru yang penuh dengan kasih dan sayang bisa menjadikan semangat tersendiri ketika ia menjalankan tugasnya. Pada saat membaca novel Laskar Pelangi atau menonton filmnya dengan judul yang sama, betapa kita dibawa kepada semangat yang luar biasa dari seorang guru yang bernama Bu Muslimah.
Tidak mudah memang menjadi guru seperti Bu Muslimah di daerah terpencil dengan tantangan yang datang silih berganti. Namun, Bu Muslimah dapat membawa anak didiknya tetap bersemangat dalam belajar untuk menggapai cita-cita yang tinggi.
Semangat yang dimiliki oleh Bu Muslimah bisa menular kepada anak didiknya dengan berkobar seakan tak ada hal yang bisa menghentikannya. Semangat yang menyala yang ada pada diri Bu Muslimah tiada lain karena besarnya kasih dan sayang Bu Muslimah kepada anak didiknya.
Ada seorang istri dari kepala sekolah yang bercerita bahwa ia terharu ketika mendapati di dalam tas seuaminya ada surat tulisan tangan dari muridnya yang berusia sembilan tahun. Surat tersebut ditulis karena suaminya dipindahtugaskan ke sekolah lain. Sang anak menyatakan bahwa meski Bapak Kepala Sekolah sudah tidak berada di sekolah sang anak tersebut, tetaplah dikenang dan berada di hati.
Istri dari kepala sekolah tersebut terharu karena ternyata suaminya sangat dicintai oleh anak didiknya. Bahkan, pada acara perpisahan tak sedikit siswa yang menangis sesenggukan. Istri dari kepala sekolah tersebut teringat bahwa di masa-masa kecilnya dulu kebanyakan kepala sekolah bukan dicintai oleh anak didiknya, melainkan ditakuti.
Ada yang menarik dari cerita istri kepala sekolah tersebut, bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa. Suaminya memang bercita-cita untuk menjadi guru oleh karenanya ia kuliah di institut keguruan dan ilmu pendidikan. Niat yang besar untuk menjadi guru sejak awal inilah sesungguhnya yang membuat seorang guru bisa bersikap sepenuh kasih dan sayang.
Hal ini tentu berbeda dengan seseorang yang melamar pekerjaan ke berbagai instansi, namun tidak diterima, akhirnya mendaftar sebagai guru. Semangat yang dimilikinya tentu berbeda.
Namun, bagi guru yang pada awalnya tidak memilih guru sebagai profesi, dapat juga menumbuhkan sifat kasih dan sayang dalam hati kepada anak didiknya; atau ada juga yang tumbuh dengan sendirinya seiring dengan kecintaan yang mulai tumbuh saat-saat bersama anak didiknya.
Salam Pendidikan Indonesia,
Akhmad Muhaimin Azzet
ada timbal balik ya pak,kalau mau dikasihi kita juga harus bisa mengasihi orang lain
Hukumnya begitu ya, Mbak Lidya. Makasih banyak ya telah singgah kemari.
Terima kasih Pak AMA untuk sharing inspiratif ini, mendidik dengan hati. Salam pendidikan
Sama-sama nggih, Mbak Rynari, terima kasih juga telah berkenan singgah kemari. Semoga bermanfaat bagi kita bersama. Salam pendidikan juga.
Test dulu *beberapa kali gagl comment*
membaca ada prfesi guru yg disebutkan, saya jadi ingat kembali bahwa ternyta setelah masuk dunia kerja, kemudian saya pun tertarik utk jadi guru. Pdhl saat sekolah, gak berani bercita-cita jadi guru karena merasa gak bisa sabaran kalau sedang mengajar.
Monggo lho, Mbak Ririe Khayan, hehe…
Mempunyai ketertarikan untuk menjadi guru itu adalah modal yang sangat penting, Mbak. Ketertarikan itu bisa muncul sejak awal kuliah, atau bahkan ketika sudah memasuki dunia kerja. Terlepas dari itu, mari mencintai dunia pendidikan ini dengan sepenuh hati š
Saya masih ingat pesan guru matematika saya dulu, agar bisa suka dengan pelajarannya maka yang pertama kali dilakukan adalah menyukai gurunya dulu.
Betul sekali itu, Mas Edi Padmono, dengan menyukai gurunya, pelajaran yang sulit pun bisa menjadi mudah; karena ada rasa suka itu`