Paulo Freire belajar hukum di Universitas Recife pada 1943. Meski menjadi mahasiswa di bidang hukum, Freire juga belajar filsafat dan psikologi bahasa.
Berkaitan dengan ilmu yang dipelajari oleh Freire ini, ada yang menarik untuk dicermati, yakni meski ia belajar dan akhirnya lulus sebagai sarjana hukum, namun ia tidak pernah benar-benar berpraktik dalam bidang tersebut. Ketertarikannya pada dunia pendidikan membuatnya untuk menjadi guru dan mengajar di sekolah-sekolah menengah.
Pada waktu itu, ia mengawali karier menjadi guru dengan mengajar bahasa Portugis. Setahun kemudian, yakni pada 1944, Freire menemukan pasangan hidup yang tepat, yakni rekan sesama guru yang bernama Elza Maia Costa de Oliveira, dan akhirnya menikah dengannya. Selanjutnya, berdua menekuni dunia pendidikan dengan lebih bersemangat.
Gagasan Freire, khususnya yang terkait dengan pendidikan yang membebaskan, terutama lebih bisa ia terapkan setelah diangkat sebagai Direktur Departemen Perluasan Budaya Universitas Recife pada 1961.
Selanjutnya, gagasannya semakin mendapatkan tempat untuk dikembangkan ketika pada 1962 ia mendapatkan kesempatan mengajar 300 orang buruh kebun tebu yang buta huruf untuk bisa membaca dan menulis hanya dalam waktu 45 hari. Apa yang dilakukan Freire ternyata mendapatkan hasil yang memuaskan, termasuk bagi pemerintah Brasil. Akhirnya, program dari perluasan budaya ini dikembangkan secara luas di Brasil.
Namun, apa yang menjadi gagasan Freire dalam pendidikan yang membebaskan tidak selamanya berjalan dengan mulus. Pada 1964 terjadi kudeta militer di Brasil dan Freire ditangkap kemudian dipenjarakan selama 70 hari dengan tuduhan menjadi pengkhianat. Inilah pengalaman pahit bagi Freire. Namun, hal ini tidak berlangsung lama. Selanjutnya Freire tinggal di Chili.
Ibarat pepatah, roda kehidupan selalu berputar; tak selamanya dalam kesulitan, sebab ada kalanya roda bergulir ke atas. Demikian juga dengan Freire yang menemukan kegembiraan pada saat buku pertamanya diterbitkan pada 1967, yakni Educaqao como Practica da Liberdade (Pendidikan sebagai Praktik Pembebasan). Kegembiraan Freire ini lebih karena buku tersebut adalah himpunan dari gagasan dan idealismenya selama ini berkaitan dengan pendidikan yang membebaskan.
Buku Educaqao como Practica da Liberdade ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dari banyak kalangan, termasuk dari Harvard University. Bahkan, pada 1969, perguruan tinggi ternama tersebut menawari Freire untuk menjabat sebagai profesor tamu.
Sedangkan buku karya Freire lainnya yang tak kalah mendapatkan perhatian banyak pihak, terutama yang mempunyai perhatian terhadap dunia pendidikan, adalah Pedagogy of the Oppressed (Pendidikan Kaum Tertindas).
Buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Spanyol dan Inggris pada 1970 dan empat tahun kemudian, yakni pada 1974, buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Brasil. Atas perjuangannya yang getol dalam pendidikan yang membebaskan, Freire juga memperoleh sejumlah penghargaan dari berbagai badan internasional, seperti penghargaan dari King Baudouin International Development, dari Universitas Calgary, dan mendapatkan penghargaan PBB dalam bidang pendidikan pada 1980.
saya Baru tau tentang Freire ini, terimakasih ilmunya Pak 🙂
Sama-sama ya, Mas Dhani, terima kasih atas kunjungannya kemari.
Assalamu’alaikum…
Mas Azzet apa kabar? Lama saya tidak berkunjung, ternyata Mas masih tetap menulis. Salut.
Blog saya hiatus hampir 8 bulan. Desember kemarin mulai nulis lagi…
Mas tambah mantap di dunia pendidikan, seperti tercermin dari tulisan ini.
Salam dari saya di Sukabumi, Mas.
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Alhamdulillaah…, kabar baik, Pak. Iya ini, hehe, menulis sudah menjadi bagian yang menyenangkan. Salam juga dari Jogja ya, Pak.
Assalamu’alaikum. Sudah lama tidak berkunjung di blok Pak Akhmad. Mungkin sdh lupa juga bapak ya, karena blog saya juga beberapa kali ganti.
Senang banyak teman2 blogger yang mulai banyak menulis ,lagi.
Salam persahabatan dari kota Depok, pak Akhmad.
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Iya, Mas, rasanya sudah agak lama ya saling sua via blog. Alhamdulillah, sekarang bertemu kembali. Semoga sehat selalu ya, Mas. Salam persahabatan pula tentunya dari Jogja.