Tag Archives: guru

Pro-Kontra Guru yang Dekat dengan Anak Didik

Keterangan foto: Santri Rumah Tahfidz “Cinta Qur’an” bersama penulis dan Ust Alwi Fuadi.

Modal utama agar menjadi guru favorit atau disenangi oleh anak didik adalah dekat dengan mereka. Membangun kedekatan dengan anak didik ini bisa dilakukan dengan kedekatan secara lahir, namun yang tidak kalah pentingnya adalah juga membangun kedekatan secara batin.

Sebelum membahas tentang pentingnya membangun kedekatan dengan anak didik, perlu penulis mengangkat dulu masalah pro-kontra berkaitan dengan masalah ini. Ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa seorang guru tidak perlu membangun kedekatan dengan anak didiknya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga wibawa guru di hadapan murid-muridnya. Kedekatan seorang guru dengan anak didiknya, apalagi bila berlebihan, dianggap bisa merusak citra guru dan tidak mendidik.

Beberapa sikap dari murid-murid yang dikhawatirkan bisa terjadi bila seorang guru terlalu dekat dengan mereka adalah hilangnya rasa hormat seorang murid kepada gurunya. Murid yang demikian biasanya ketika bertemu dengan gurunya menyapa layaknya teman saja. Lebih ironis lagi, kedekatan guru dengan anak didiknya dikhawatirkan timbul jalinan asmara di antara mereka. Bila hal terakhir ini yang terjadi, sungguh merupakan aib yang luar biasa bagi dunia pendidikan.

Kedekatan seorang guru dengan anak didiknya dikhawatirkan juga dimanfaatkan oleh seorang guru untuk mengambil keuntungan dari kedekatannya. Misalnya, seorang guru meminta dibawakan makanan atau oleh-oleh dari murid-muridnya; seorang guru meminta bantuan murid-muridnya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesungguhnya adalah urusan pribadi sang guru.

Seorang guru yang mempunyai kedekatan dengan murid-muridnya dikhawatirkan pula akan tidak objektif dalam memberikan penilaian. Sungguh, bila hal ini sudah terjadi maka rusaklah segala tatanan dan proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Dengan demikian, guru tidak perlu membangun kedekatan dengan anak didiknya. Proses belajar mengajar diyakini tetap bisa berjalan dengan baik tanpa memerlukan kedekatan pribadi antara guru dan murid.

Di sisi lain, ada juga sebagian kalangan yang berpendapat bahwa kedekatan antara guru dan anak didiknya mutlak diperlukan. Hal ini dianggap penting karena proses belajar mengajar diyakini tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil secara maksimal tanpa adanya kedekatan antara yang mendidik dan yang dididik.

Diharapkan dengan adanya kedekatan ini maka anak didik dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya dengan perasaan yang santai dan pikiran yang tenang. Lain bila guru dan murid tak ada jalinan hubungan kedekatan, biasanya proses belajar mengajar akan berjalan dengan ketegangan, dengan demikian pejaran yang mudah pun bisa menjadi sulit dicerna.

Kedekatan antara guru dan murid diperlukan agar murid dapat belajar dengan baik, terutama pada saat menghadapi materi yang sulit dimengerti, maka murid dapat bertanya tanpa sungkan kepada sang guru. Tidak adanya murid yang bertanya pada saat pelajaran berlangsung bukan selalu berarti semua murid sudah memahami pelajaran yang dimaksud. Bisa jadi mereka enggan untuk bertanya karena tidak adanya kedekatan dengan sang guru. Demikian pula dengan adanya masalah-masalah lain yang dihadapi oleh para siswa, dengan adanya kedekatan seorang guru dapat membantu masalah yang dihadapi oleh muridnya, sehingga proses belajar mengajar pun tetap dapat berjalan dengan lancar.

Menghadapi dua pendapat yang berbeda tersebut, penulis memilih bahwa kedekatan antara guru dan murid sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, penulis juga tidak setuju dengan kedekatan yang menjurus kepada sikap yang “terlalu”. Ya, segala hal yang “terlalu” memang tidak baik. Kedekatan yang tidak “terlalu” adalah kedekatan yang sewajarnya berdasarkan tata nilai yang berlaku di masyarakat.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

5 Komentar

Filed under Guru

Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Penulis bersama santri Rumah Tahfidz Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani Baru.

Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Di antara kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: Baca lebih lanjut

2 Komentar

Filed under Guru

Membangun Rasa Percaya Diri Anak

Penulis bersama santri TPA Tahfidz Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani Baru.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, anak didik harus dibangun agar mempunyai rasa percaya diri yang baik. Rasa percaya diri dapat dimunculkan dengan memberikan bantuan kepada anak didik untuk menemukan kelebihan atau potensi yang ia miliki.

Sungguh, setiap anak manusia mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa kelebihan, potensi, atau kecerdasan yang sangat perlu untuk dikembangkan. Di sinilah dibutuhkan kedekatan, kejelian, dan kesabaran dari seorang guru untuk bisa menemukan sekaligus mengembangkan kelebihan atau potensi yang dimiliki oleh anak didiknya. Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Pendidikan

Bersikap Kasih dan Sayang

Santri TPA Al-Muhtadin bersama Ustadz Muhaimin AzzetSeorang guru yang ingin dicintai oleh anak didiknya harus bisa bersikap kasih dan sayang kepada mereka. Bersikap kasih dan sayang ini besar sekali pengaruhnya dalam rangka mewujudkan keberhasilan proses belajar mengajar. Bersikap kasih dan sayang ini diyakini menjadi sumber mata air kebijaksanaan dalam semua sendi kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.

Sikap seorang guru yang penuh dengan kasih dan sayang bisa menjadikan semangat tersendiri ketika ia menjalankan tugasnya. Pada saat membaca novel Laskar Pelangi atau menonton filmnya dengan judul yang sama, betapa kita dibawa kepada semangat yang luar biasa dari seorang guru yang bernama Bu Muslimah. Baca lebih lanjut

9 Komentar

Filed under Pendidikan

Guru Mesti Terus Belajar dan Menambah Ilmu Pengetahuan

Guru, Pendidikan, sekolah, terus belajar, Akhmad Muhaimin AzzetSeorang guru yang bisa menyampaikan materi pelajaran dengan baik akan disenangi oleh didiknya. Hal ini tentu berbeda dengan seorang guru yang menyampaikan materi dengan “berputar-putar” yang sebenarnya berangkat dari tidak memahami persoalan dengan baik. Di sinilah sesungguhnya seorang guru dituntut untuk terus belajar dan menambah ilmu pengetahuannya.

Tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan baik, seorang guru yang dicintai oleh banyak anak didiknya adalah yang luas pengetahuan dan wawasannya. Apalagi seorang guru yang hidup di zaman kecanggihan teknologi dan beragam ilmu pengetahuan serta informasi yang dapat diakses pada setiap saat melalui media yang bernama internet. Seorang guru jangan sampai ketinggalan dengan murid-muridnya. Baca lebih lanjut

24 Komentar

Filed under Guru

Guru Hendaknya Selalu Menyadari Bahwa Ia adalah: Seorang Pendidik

Pendidikan, guru, pendidik, Akhmad Muhaimin AzzetMenyadari kedudukan sebagai seorang guru yang dimaksudkan di sini adalah kesadaran yang senantiasa tertanam bahwa ia seorang pendidik bagi anak didiknya. Kesadaran seperti ini sangat penting dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat mendidik murid-muridnya dengan baik.

Sungguh, meskipun berada di sekolah, bukan berarti seorang guru secara otomatis bisa menyadari bahwa dirinya adalah seorang guru dalam arti yang sesungguhnya. Mengenai hal ini dapat dibuktikan bahwa tidak sedikit di antara guru yang mengajar apa adanya, tanpa persiapan yang baik, pekerjaannya hanya marah-marah, atau lebih parah lagi tidak mau tahu anak didiknya bisa memahami materi yang disampaikannya atau tidak. Baca lebih lanjut

13 Komentar

Filed under Pendidikan

Pendidikan yang Mendengarkan Anak Didik

Penulis bahagia bersama santri.

Penulis bahagia bersama santri.

Kenyataan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan yang tidak membebaskan adalah, seorang guru, misalnya, lebih senang untuk banyak berbicara di depan murid-murid daripada mendengarkan dengan baik apa yang mereka butuh dan inginkan. Bila sudah demikian, bagi para murid yang merasa tidak didengar keinginan dan pendapatnya, akan merasa jemu dalam mengikuti proses belajar mengajar. Bila kejemuan telah berkembang dalam diri murid atau anak didik maka alamat proses belajar mengajar akan sulit mencapai keberhasilan. Di sinilah pentingnya pendidikan yang mendengarkan anak didik itu.

Sekolah tidak cukup dengan menyandang sebagai sekolah yang telah maju atau mendapatkan akreditasi terbaik. Bagi pendidikan yang membebaskan, sekolah yang semacam ini perlu dipertanyakan apabila tidak menerapkan nilai-nilai yang demokratis di dalamnya. Gedung sekolahnya memang bagus dengan gerbang yang besar di depannya. Namun, gerbang ini tertutup rapat untuk murid yang terlambat satu menit saja. Sekolah tidak perlu bertanya mengapa ia terlambat dan segera menuduhnya sebagai murid yang tidak disiplin. Baca lebih lanjut

22 Komentar

Filed under Pendidikan

Guru: Bekepribadian Layak Ditiru

Akhmad Muhaimin Azzet, Taman Pendidikan Al-Qur'an Al-Muhtadin, YogyakartaSeorang guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah guru yang mempunyai kepribadian layak ditiru. Inilah kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut falsafah Jawa, kata guru berasal dari kalimat bisa “digugu” (dipercaya) dan “ditiru” (dicontoh). Jadi, orang yang menjadi guru adalah seseorang yang bisa dipercaya dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didiknya.

Dua hal sebagaimana tersebut, yakni bisa dipercaya dan layak ditiru, adalah modal utama bagi siapa saja yang ingin berkepribadian unggul. Orang yang mempunyai kepribadian demikian akan mempunyai tempat yang istimewa di hati para sahabat dan koleganya. Lebih-lebih bagi seorang guru yang memang pekerjaannya adalah mendidik para siswa agar pandai di bidang ilmu pengetahuan dan mempunyai kepribadian yang luhur. Sudah tentu, tidak bisa tidak, ia harus bisa dipercaya dan bisa ditiru oleh anak didiknya. Bila tidak, maka alamat tujuan pendidikan dan pengajaran yang diampu oleh sang guru tersebut akan mengalami kegagalan. Baca lebih lanjut

22 Komentar

Filed under Pendidikan

Pendidikan yang Demokratis

Akhmad Muhaimin Azzet, santri TPA Al-Muhtadin, amazzet

Penulis bersama santri TPA Al-Muhtadin, Yogyakarta.

Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang demokratis. Sebuah proses pendidikan yang hubungan guru dan murid dapat berimbang sehingga bisa saling menyampaikan pendapat dan pikiran. Guru tidak hanya menyampaikan materi sedangkan di pihak lain murid hanya mendengarkan dan menerima apa adanya. Dalam pendidikan yang demokratis murid juga sangat penting untuk didengar pendapatnya, diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, atau dihargai apa yang menjadi keinginannya dalam proses belajar mengajar.

Dalam banyak pengamatan di lapangan, memang tidak mudah dalam mempraktikkan pendidikan yang demokratis ini. Hal ini barangkali masih kuatnya pandangan bahwa guru tentu lebih pandai dan mempunyai ilmu pengetahuan yang banyak ketimbang muridnya. Guru itu tugasnya adalah mendidik dan mengarahkan anak didiknya untuk menjadi lebih baik dan pintar daripada sebelumnya. Hanya seorang gurulah yang bisa mengantarkan anak didiknya untuk mencapai kehidupan yang sukses dan berhasil mencapai cita-citanya. Baca lebih lanjut

36 Komentar

Filed under Pendidikan

Guru yang Bisa Menjadi Sahabat dalam Belajar

Akhmad Muhaimin Azzet bersama santriGuru yang dicintai oleh anak didiknya adalah yang bisa menjadi sahabat dalam belajar. Guru yang menjadi sahabat ini adalah hal baru dan penting untuk diperhatikan. Berbeda dengan zaman dahulu yang beragam informasi tidak mudah diakses dengan kecanggihan teknologi sebagaimana saat ini. Saat itu, guru sekan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Peran seorang guru adalah memberikan ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu, seorang guru akhirnya juga bisa menjadi penguasa tunggal di dalam kelas.

Sebagai penguasa tunggal di dalam kelas, seorang guru di zaman dahulu bebas melakukan apa saja, termasuk dalam memberikan hukuman kepada murid-muridnya. Apabila ada murid sedikit saja tidak menunjukkan perhatian ketika pelajaran diterangkan, maka seorang guru bisa melemparkan penghapus kepada murid yang tidak perhatian tersebut. Ada juga seorang guru yang mempunyai kebiasaan mencubit anak didiknya sampai sang anak menjerit-jerit, bahkan bekas cubitannya pun menghitam hingga beberapa hari baru hilang. Sang anak pun enggan mengadukan perlakuan sang guru tersebut ke orangtuanya. Sebab, orangtuanya pun biasanya malah menyalahkan anak yang menuduh tidak patuh sama gurunya. Baca lebih lanjut

21 Komentar

Filed under Pendidikan