Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni matahari sudah naik kira-kira setinggi tombak sampai dengan menjelang waktu zhuhur. Apabila diukur dengan jam, kira-kira pukul tujuh pagi sampai dengan pukul sebelas siang. Shalat Dhuha dikerjakan dengan dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat, atau dua belas rakaat.
Shalat Dhuha ini banyak sekali fadhilahnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud disampaikan bahwa apabila shalat Dhuha dikerjakan dua rakaat dapat menjadi pengganti dari sedekah yang semestinya dikeluarkan dari 360 tulang yang dimiliki oleh manusia, apabila shalat dhuha dikerjakan empat rakaat pada awal siang maka Allah akan mencukupkan (rezeki) pada akhir siang. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disampaikan bahwa barang siapa yang mengerjakan shalat Dhuha dengan langgeng maka akan diampuni dosanya oleh Allah, meskipun dosanya itu sebanyak buih di lautan. Dalam hadits yang lain juga disebutkan bahwa shalat Dhuha merupakan shalatnya orang-orang yang bertaubat kepada Allah Swt., dan masih banyak lagi fadhilah dari shalat Dhuha.
Pada rakaat pertama setelah membaca surat Al-Fâtihah hendaknya membaca surat Al-Syams sebagai berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا (1) وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (2) وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا (3) وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا (4) وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا (5) وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا (6) وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10) كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا (11) إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا (12) فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيَاهَا (13) فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا (14) وَلَا يَخَافُ عُقْبَاهَا (15)
Bismillâhir-rahmânir-rahîm. Wasy-syamsi wadh-dhuhâhâ. Wal qamari idzâ talâhâ. Wan-nahâri idzâ jallahâ. Wal-laili idzâ yaghsyâhâ. Was-samâ-i wa mâ banâhâ. Wal-ardhi wa mâ thahâhâ. Wa nafsiw wa mâ sawwâhâ. Fa alhamahâ fujûrahâ wa taqwâhâ. Qad aflaha man zakkâhâ. Wa qad khâba man dassâhâ. Kadzdzabat tsamûdu bithaghwâhâ. Idzin(m) ba’atsa asyqâhâ. Fa qâla lahum rasûlullâhi nâqatallâhi wa suqyâhâ. Fakadzdzabûhu fa’aqarûhâ fadamdama ‘alaihim rabbuhum bidzan(m)bihim fasawwâhâ. Wa lâ yakhâfu ‘uqbâhâ.
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (“Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya.” Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah), dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.”
Pada rakaat kedua setelah membaca surat Al-Fâtihah hendaknya membaca surat Al-Dhuhâ sebagai berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالضُّحَى (1) وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (2) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (3) وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى (4) وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (5) أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى (6) وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى (7) وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى (8) فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (9) وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (10) وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (11)
Bismillâhir-rahmânir-rahîm. Wadh-dhuhâ. Wal-laili idzâ sajâ. Mâ wadda’aka rabbuka wa mâ qalâ. Walal-âkhiratu khairul-laka minal ûlâ. Walasaufa yu’thîka rabbuka fatardhâ. Alam yajidka yatîman fa-âwâ. Wawajadaka dhâllan fahadâ. Wawajadaka â-ilan fa-aghnâ. Fa ammal yatîma falâ taqhar. Wa ammas sâ-ila falâ tanhar. Wa ammâ bini’mati rabbika fahaddits.
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”
Apabila tidak membaca surat Al-Syams dan Al-Dhuhâ sebagaimana di atas, dapat pula pada rakaat pertama setelah surat Al-Fâtihah membaca surat Al-Kâfirûn dan pada rakaat kedua setelah surat Al-Fâtihah membaca surat Al-Ikhlash.
Selanjutnya, agar jalan rezeki kita diberi kemudahan oleh Allah Swt., maka setelah shalat Dhuha dapat berdoa sebagaimana doa berikut:
أَللهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَائُكَ, وَ الْبَهَاءَ بَهَاءُكَ, وَ الْجَمَالَ جَمَالُكَ, وَ الْقُوَّةَ قُوَّتُكَ, وَ الْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ, وَ الْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. أَللهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ, وَ إِنْ كَانَ فِي اْلأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ, وَ إِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ, وَ إِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ, وَ إِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ, بَحَقِّ ضُحَائِكَ وَ بَهَاءِكَ وَ جَمَالِكَ وَ قُوَّتِكَ وَ قُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Allâhumma inna dhuhâ-a dhuhâ-uka, wal bahâ-a bahâ-uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allâhumma in kâna rizqî fis samâ-i fa anzilhu, wa in kâna fil ardhi fa akhrijhu, wa in kâna mu’siran fa yassirhu, wa in kâna haraman fa thahhirhu, wa in kâna ba’îdan fa qarribhu bi haqqi dhuhâ-ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika âtinî mâ âtaita ‘ibâdakash shâlihîn.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kebagusan itu kebagusan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezeki hamba masih di langit maka turunkanlah, jika berada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sulit maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah, berkat waktu dhuha-Mu, kebagusan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada hamba segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”
Menyukai ini:
Suka Memuat...