Tag Archives: puisi

Saat Embun Menetes

tak ada lagi yang dapat aku lakukan
saat embun menetes, selain merindu
sebab dini hari telah mengabarkan
peraduannya dalam pelukan malam

selamat datang dedaunan membasah
dan bunga melati semerbak mewangi
akulah lelaki dibesarkan oleh rindu
perjumpaan jiwa tak sebatas waktu

Bumidamai, Yogyakarta.

28 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Air Mata Rindu

sepotong rindu ini seutuhnya untukmu
meski rayuan lembut di jalanan merebutnya
aku berlari di atas pematang licin berbatu
ingin segera menghapus air matamu, segera

saat gerimis kuketuk pintu hatimu tanpa ragu
meski kerinduan ini betapa berselimut kabut
masihkan engkau simpan gelombang biru itu
di bening matamu, di situlah aku tersangkut

aku datang sebagaimana sungai menuju muara
duhai, bukalah pintu segera, bukalah segera
sebelum aku tenggelam dalam pusaran air mata

Bumidamai, Yogyakarta.

28 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Tumpukan Batu

aku mencari serpihan manusiaku yang hilang
di antara tumpukan batu, betapa telah pecah
oleh panas matahari dan kota yang kian renta

pohon rindang tidak lagi tumbuh di tubuhku
apalagi hamparan rumput yang menghijau
dari ujung kaki hingga kepala hanyalah batu

lalu di manakah manusiaku, hilang ke mana
yang pernah lahir oleh kasih seorang ibu
kubongkar-bongkar, melulu tumpukan batu

Bumidamai, Yogyakarta.

25 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Ketukan Pintu; Mengenang Gus Zainal

Gus Zainal Arifin Thoha

Kali ini saya ingin berbagi dengan sahabat blogger tentang kerinduan saya terhadap seorang guru sekaligus sahabat yang bernama KH. Zainal Arifin Thoha. Saya dan banyak sahabat lainnya biasa memanggil dengan sebutan Gus Zainal. Sosok muda yang murah senyum sekaligus pendiri dan pelopor pesantren mandiri “Hasyim Asy’ari” Yogyakarta itu meninggal dunia pada 14 Maret 2007 sekitar pukul 22.00 WIB.

Hari ini, saya tiba-tiba rindu kepada penyair muda yang juga banyak menulis buku tersebut. Saya rindu kepada sosok yang membina banyak mahasiswa untuk menjadi penulis dan hidup mandiri tersebut. Maka, kali ini, izinkan saya membagi sepotong puisi yang saya tulis beberapa saat setelah Gus Zainal meninggal dunia… Baca lebih lanjut

11 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Kekasih, Duhai

inikah gelombang memenuhi dada
menerjangku yang rindu tiada tara
kekasih, duhai, kapankah berjumpa
siang dan malam inginnya segera

salam bagimu duhai Nabi tercinta
shalawat untukmu duh Rasul mulia

inikah jiwa yang disergap pesona
tak ada lagi luka apalagi menganga
tak kenal gelap semuanya cahaya
mengurai makna menempuh usia

Bumidamai, Yogyakarta.

32 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Tahajjud

bila memang cinta, meski ada jaga
begitu katamu di malam buta

maka kini aku membuka mata
agar ucap cinta tak bohong belaka

duhai, tangan siapakah membelai?
dan aku lenyap dalam pesona

Bumidamai, Yogyakarta.

24 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Poetry Hujan: Menunggu Hujan

duduk di tumpukan daun jati yang mengering
ada yang pelahan meranggas di sekujur tubuhku
serupa kambium, pori-pori ini memecah hening
akar persoalan pun  merangsek menuju rindu

ya, rindu tetes demi tetes kesegaran dari langit
serupa hujan yang menumpahkan air cinta
bagi kemarau panjang atau dada yang terhimpit
segeralah, duhai, doa pun telah kering air mata

Bumidamai, Yogyakarta

 

Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis.

35 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Kembali Rindu Pulang

oleh sebab cintamu melulu sementara
aku kembali rindu pulang, ke pangkuan
oleh sebab cintamu melulu benda-benda
aku kembali rindu pulang, ke keabadian

duhai jiwa yang sekian lama terlena
bersaranglah, pulanglah, bersedekaplah
senyampang rindu belum didendangkan
oleh siapakah dengan air mata

Bumidamai, Yogyakarta.

32 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Saat Berdoa

ada yang diam-diam jebol dalam dadaku
serupa magma yang bergejolak
menyentak sunyi, mengurai desahan

ya, saat berdoa manusiaku berlepasan
serupa puing di jalanan bencana
menuntaskan beban, berhamburan

Bumidamai, Yogyakarta.

12 Komentar

Filed under Jiwa Merindu

Seusai Mendaki

apakah gairah yang gelombang
atau tubuh yang kian rengsa
seusai mendaki malam-malam

sejujurnya di manakah puncak
sejauh mata memandang
gemawan hanya putih berderak
tetapi siapa yang terlena
ternyata dunia amboi benderang

Bumidamai, Yogyakarta.

12 Komentar

Filed under Jiwa Merindu