Pada sebuah liburan, saya bersama lima orang teman pergi ke luar kota. Dari Yogyakarta kami berboncengan naik sepeda motor ke daerah Sumpiuh, Banyumas. Setelah sampai di tempat tujuan dan mengunjungi seorang teman, tiba-tiba salah satu dari teman kami teringat seorang teman kami yang lain, yang dahulu sama-sama mondok di sebuah pesantren di Jombang, namanya Hasan.
Berbekal informasi bahwa “katanya” Hasan sekarang tinggal di sebuah pesantren di daerah Sumpiuh, kami pun mencarinya. Ternyata, di daerah ini ada beberapa pesantren. Pesantren ke satu dan ke dua kami datangi dan hasilnya nihil. Tibalah kami selanjutnya di pesantren ke tiga.
Setelah bertanya dengan salah seorang santri, ternyata ada di pesantren tersebut yang namanya Hasan. Kami memastikan apakah Hasan itu dahulu pernah mondok di Jombang? Santri tersebut mengiyakan diiringi dengan anggukan sangat hormat. Kami pun dipersilakan masuk ke rumah kiainya.
Di rumah sang kiai kami disambut dengan ramah. Disuguhi minum dan makanan segala. Ditunggu-tunggu Hasan tak kunjung datang. Akhirnya, kami memberanikan diri bertanya tentang Hasan. Sang Kiai menjawab, “Ya saya ini bernama Hasan, dahulu saya pernah mondok di Jombang.”
Gleg! Betapa kaget dan malu kami, ternyata kami salah orang. Namanya sama, tetapi beda orang. Tak berlama-lama, kami pun mohon maaf dan berpamitan. Pantas saja tadi santrinya mengangguk hormat sekali kepada kami, barangkali kami dikira temannya sang kiai. Dan, hingga kini pun kami belum bertemu dengan teman kami yang bernama Hasan.
Oh, Hasan, di mana alamatmu kini, ke mana…, ke mana….
dari Jogja ka Banyumas naik motor… wah… saya terkesan dengan banyak tulisan yang sudah dibukukan Pak
Iya, di samping bersepeda hampir pada setiap hari Minggu pagi bersama teman2 Lereng Merapi Onthel Community, bila sampai luar kota saya memang suka naik motor. Mengenai menulis dan buku, ini masih terus belajar dan belajar kok Mbak Ami. Makasih banyak ya atas kunjungannya kemari.
wah jauhnya jogja-banymas…naek motor pula
semoga sekarang mas Hasan ketemu ya Pak 🙂
Iya Mbak Mila, kita memang senang naik sepeda motor, hehe….
hmmm… hingga saat ini Mas Hasan belum juga ketemu; semoga dengan ditulisnya ini nanti ada temannya Mas Hasan, atau Mas Hasan langsung membacanya, sehingga bisa ketemu. Makasih ya, Mbak.
Touring seperti itu memang menyenangkan pak, dulu waktu jaman masih senang main serig juga sih berombongan sepeda motoran ke luar kota.
Benar sekali, tapi kalo sepeda motoran sekarang kita agak jarang, lebih sering bersepeda, hampir setiap hari Ahad, kecuali minggu terakhir setiap bulan libur krn ada pengajian rutin.
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
sempatkan mampir ke website kami
http://www.the-netwerk.com
makasih banyak ya….
makasih pula atas tautan linknya.
waduh lagunya “ayu ting ting” lagi neih nadanya..:) waduh semoga cepet menemukan alamat kawannya yah.. kalo berjodoh pasti insyallah bertemu lagi..
hehe…. ayu ting-ting….
terima kasih nggih kunjungan dan doanya, semoga segera ketemu….
Walaaahhh…2 orang dg identitas yg hampir sama hiihhihi
iya, sama-sama bernama Hasan, sama-sama pernah nyantri di Jombang; tapi beda usia dan status (satu sudah kiai, satu masih santri)
indahnya ya pak ,,bisa merasakan dunia pesantrin..
mudahan bisa bertemu dengan Hasan..
terima kasih banyak atas doanya nggih, semoga Allah Ta’ala mengabulkan dan segera bisa bertemu dengan Hasan.
semoga cepat ketemu degan rekannya ya Pak… 🙂
-Salam Hangat-
makasih banyak ya, Mas Hariez, Allaahumma aamiin….
~salam hangat selalu~
Wah blom ketemu ya, Pak Ustadz? Padahal di akhir postingan saya mengharapkan happy ending, lho… Mudah-udahan Pak Hasannya bisa merasakan kalo lagi diomongin dan dicariin dan segera menghubungi Pak Ustadz.
iya benar, belum ketemu, dan inilah sesungguhnya salah satu tujuan saya berbagi pengalaman ini di blog, siapa tahu ada temannya Hasan atau bahkan Hasan sendiri membacanya. makasih banyak ya….
Semoga aja Pak Hasan membaca postingan di Blog ini dan bisa menghubungi Bapak… Amin
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini… dunia ini kecil 🙂
Iya, Bu, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Makasih banyak atas doanya nggih. Allaahumma aamiin….
hahahaha…. salah alamat yo Kang….
ho oh, salah alamat tenan ki, hehe…. rasanya kepiye ngunu waktu keluar dari rumah Pak Kiai Hasan.
*nahan ketawa*
masyaalloh………..
hehehehe…..
hihihih,,,
kesasarnya jadi membawa rezeki tapi kan pak ustadz,, malah disambut seperti tamu agung jadinya… 😀 😀
hehehe…. disangka para santri sebagai teman kiainya…; bayangin, apa para santri itu tidak “pucet” dan langsung hormat ketika kami datang naik motor, setelah parkir di halaman pesantren, langsung bertanya, “Apa di sini ada yang namanya Hasan?” [tanpa tambahan sebutan Pak atau Kiai]
numpang ketawa aja.. 😀
ngebayangin hohooho
hohohoho…..
~~makasih ya mas, ketawanya, hehehe~~
Assalamualaikum Wr. Wbr.
Semoga cepat ketemu dengan kawan lamanya
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Terima kasih banyak Pak Syaiful atas kunjungan dan doanya.
Semoga kebaikan dan rahmat Allah tercurah juga untuk bapak dan keluarga. Allaahumma aamiin….
Maaf mo nimbrung, itu Hasan di pesantren Sumpiuh maksudnya di pondok apa dusun / dukuh pesantren. Atau bukan Sumpiuh, tp Tambak pesantren. Itu harus diperjelas lagi.
Itulah masalahnya, Mas Agung, informasinya yang kami dapatkan itu hanya Hasan mondok di daerah Sumpiuh. Nah, tepatnya di mana, kami tidak mengetahuinya.