Memahami Potensi Anak; Hakikat Diciptakannya Manusia (Bagian 1)

Penulis, Akhmad Muhaimin Azzet.

Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk hidup dan mendiami sebuah planet yang bernama bumi ini, sudah barang tentu ada maksud dan tujuannya. Tidak diciptakan begitu saja, kemudian menjalani kehidupan di bumi ini, setelah itu mati dan selesai. Bila memang hanya hidup, setelah itu mati dan selesai, tentu manusia tidak berbeda dengan makhluk yang lain sebagaimana hewan, misalnya.

Namun, manusia diciptakan oleh Tuhan dengan bentuk yang sempurna bila dibanding dengan makhluk yang lain. Manusia juga dibekali akal agar dapat menjalani kehidupan dan mengelola bumi dengan lebih baik. Bekal terakhir inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yakni manusia adalah makhluk hidup yang berakal.

Bila ditinjau dari ajaran Islam, setidaknya ada dua tujuan dari diciptakannya manusia di dunia ini, yakni sebagai abdi dan sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai abdi, manusia berkewajiban untuk patuh dan taat kepada Tuhan yang menciptakannya; sedangkan sebagai khalifah, manusia berperan sebagai wakil Tuhan untuk bisa mengelola kehidupan di bumi ini dengan baik.

Termasuk salah satu peran manusia sebagai khalifah di bumi adalah mengembangkan potensi kecerdasan yang telah diberikan Tuhan agar dapat dikembangkan dengan baik. Ya, dikembangkan dengan baik; ini yang perlu digarisbawahi. Sebab, tidak jarang manusia mengembangkan segala potensi yang diberikan Tuhan kepadanya, namun digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Sehingga, kerusakan alam terjadi di mana-mana. Dalam kenyataan ini, kita patut untuk prihatin dan mengelus dada. Betapa tidak, pembabatan hutan dengan membabi buta terjadi di mana-mana, membiarkan bekas penambangan dengan begitu saja hingga menyisakan tanah yang tandus dan kerontang, membuang limbah sembarangan hingga merusak ekosistem, terus-menerus mengeruk kekayaan alam sebanyak-banyaknya seakan tidak berpikir lagi untuk generasi mendatang akan diwarisi apa, dan masih banyak kerusakan lainnya yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia.

Kita sangat menyesalkan atas pengembangan potensi manusia yang tidak digunakan dalam kerangka kebaikan. Kita sungguh prihatin atas pengembangan potensi manusia yang digunakan semaunya untuk memenuhi segala hasrat yang bernama keserakahan. Alih-alih sebagai wakil Tuhan yang bertugas mengelola kehidupan di bumi sehingga berkembang penuh kebaikan dan kedamaian, tetapi justru manusia malah merusak kehidupan dan generasinya sendiri.

Sudah barang tentu, kita tidak setuju dengan model kehidupan yang dikembangkan oleh sebagian saudara kita sesama manusia yang justru merusak. Tidak hanya tidak setuju, kita pun semestinya melawan dengan menunjukkan sikap, setidaknya kita mulai dari diri kita sendiri dan keluarga. Marilah kita senantiasa mengembangkan kesadaran bahwa keberadaan kita di muka bumi ini, di samping sebagai hamba Tuhan, juga sebagai khalifah atau wakil-Nya. Sebagai wakil Tuhan, sudah barang tentu kita mempunyai tugas mulia untuk bisa mengembangkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya secara maksimal agar kita bisa mengelola kehidupan ini dengan lebih baik.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

Tinggalkan komentar

Filed under Pendidikan

Tinggalkan Komentar