Apabila seseorang tidak makan/minum dan tidak melakukan beberapa hal yang menyebabkan batalnya puasa, maka puasanya sudah sah menurut syariat Islam. Namun, secara hakikat, sesungguhnya puasa tidak hanya menahan diri dari makan/minum dan beberapa hal lainnya yang membatalkan puasa saja.
Berkaitan dengan hal ini, marilah kita perhatikan sebuah hadits, yakni dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perbuatan bohong dan perbuatan curang, maka Allah sama sekali tidak memerlukan perbuatannya meninggalkan makan dan minum (puasa).” (HR. Bukhari)
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad)
Agar puasa kita diterima di sisi Allah Swt. Yang Mahaagung, berdasarkan hadits Nabi Saw. tersebut, kita harus meninggalkan perbuatan bohong dan curang. Di sinilah sesungguhnya keindahan bagi orang-orang yang mengerjakan puasa, selain tidak makan/minum juga menjaga akhlaknya agar tidak melakukan perbuatan tercela. Alangkah ruginya apabila berpuasa dalam bulan Ramadhan hanya mendapatkan lapar dan dahaga.
Menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik ini penting sekali. Bahkan, ketika ada orang lain berbuat tidak baik kepada kita, hal ini jangan sampai membuat kita terpengaruh untuk meladeni atau membalas perbuatan tidak baiknya. Pada saat yang seperti ini, junjungan kita Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada kita untuk berkata, “Aku sedang berpuasa.”
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Tidaklah dikatakan berpuasa karena tidak makan dan tidak minum. Akan tetapi, yang dinamakan berpuasa adalah karena meninggalkan ucapan sia-sia dan perbuatan tidak senonoh. Karena itu, jika ada orang yang memakimu atau berlaku jahil kepadamu, katakanlah (kepadanya), ‘Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim)
Semakin jelas bagi kita bahwa berpuasa sesungguhnya tidak sekadar meninggalkan makan/minum dan beberapa hal lain yang membatalkan puasa saja. Berkaitan dengan hal ini, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin membagi puasa ke dalam tiga tingkatan, yakni puasa umum (awam), puasa khusus (khawas), dan puasa lebih khusus lagi (khawas al-khawas).
Puasa umum (awam) adalah puasa yang hanya menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh saja. Puasa ini adalah puasanya anak-anak atau orang pada umumnya. Tingkatan kedua adalah puasa khusus (khawas), di samping menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, juga memelihara seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat. Puasa ini adalah puasanya orang-orang yang shalih. Sedangkan tingkatan ketiga adalah puasa lebih khusus lagi (khawas al-khawas), selain menahan dari makan, minum, bersetubuh, dan seluruh anggota tubuh dari maksiat, juga menahan hati dari segala kehendak hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya dari apa-apa yang selain Allah Swt. Puasa ini adalah puasanya para nabi, orang-orang yang teguh dalam kebenaran, dan sangat dekat hubungannya dengan Allah Swt.
Demikian tulisan sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Al-Faqir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhamin Azzet
Maturnuwun Pak Azzet. 🙂
Sama-sama, Mas Dani Rachmat, matur nuwun atas kunjungannya ke blog sederhana ini.
Semoga amal ibada kita di bulan Ramadan ini diterima oleh Allah SWT.
Aamiin
Iya benar sekali, doa ini penting sekali. Semoga dikabulkan yaaa. Allaahumma aamiin…
Maturnuwun tausiyahnya, Pak 🙂
Sama-sama, Mbak Mechta, makasih banyak atas kunjungannya yaaa 🙂
semoga puasa kita tidak mendapat lapar dan haus sja pak.
Iya, Mbak Mintarsih, semoga demikian adanya. Allaahumma aamiin…
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Ternyata bahawa puasa ini bukan suatu yang mudah dilakukan kecuali mereka yang beriman dan mendapat keredhaan Allah.
Bila direnung 3 tingkatan yang disebut oleh Imam al-Ghazali di atas, ramainya kita memenuhi tingkatan 1, sedikit tingkatan 2 dan sangat jarang tingkatan 3.
Mudahan kita bisa mencapai tingkatan 2 sebelum mampu bergerak ke tingkatan 3. Subhanallah… marilah belajar berpuasa dalam erti sebenarnya.
Terima kasih atas kongsiannya, mas Amazzet.
Salam hormat selalu dari Sarikei, Sarawak. 😀
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Benar sekali, Mbak Fatimah, agar puasa diterima dan mendapatkan ridha-Nya terkesan tidak mudah. Tapi, bagi hamba yang beriman dan bertakwa, ibadah ini akan dijalani dengan semangat dan senang hati. Sehingga, segala hal yang menurut orang lain tidak mudah, insya Allah terasa membahagiakan baginya. Semoga kita termasuk hamba yang beriman dan bertakwa sehingga berpuasa dengan baik dan mendapatkan ridha-Nya.
Makasih banyak ya, Mbak, atas kunjungannya.
Salam hormat selalu dari Daerah Istimewa Jogjakarta.
sangat bermanfaat mas achmad,
Mau tanya orang berpuasa tapi tidak menjalankan kewajiban shalat lima waktu apakah diterima puasa nya ?ada hadist/firman nya ga? Thanx mhon djwb
Terima kasih banyak ya, Mbak Tiara, semoga bermanfaat bagi kita bersama. Mengenai apakah puasanya orang yang tidak shalat diterima atau tertolak, tidak ditemukan hadits atau firman yang jelas membahas ihwal ini. Maka, sudah tentu hanya Allah yang mengetahuinya. Tapi, di antara ulama ada yang mengaitkan dengan surat at-Taubah ayat 11, juga dengan hadits “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” Sedangkan kewajiban berpuasa untuk orang Islam, yang sudah barang tentu beriman dan sudah menjalankan shalat. Dengan demikian, puasanya orang yang tidak shalat tentu tidak diterima. Demikian kesimpulan sebagian ulama tersebut. Wallahu a’lam.
Puasa lahir bathin ya Tadz 😀
Benar sekali, Mas Romi, semoga kita bisa puasa lahir dan batin 🙂
Assalamulaykum Pak Azzet… lebaran gak mudik ke Jombang?
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Insya Allah mudik ke Jombang, Mbak Tetik Firawati, tapi tidak bisa hari H karena ada tugas imam dan khatib Idul Fitri di Jogja.
makasih buta infonya sobat….. sangat bermanfaat… salam persahabatan sll dr menone
makasih pula atas kunjungannya ya Sob, salam persahabatan pula dari jogja 🙂
semoga amal-ibadah puasa kita diterima…
amin :’)
Doa yang penting sekali itu, Mbak Veera, aamiin ya Kariim…
Assalaamu’alaikum wr.wb…mas Amazzet,
Ramadhan membasuh hati yang berjelaga
Saatnya meraih rahmat dan ampunan-Nya
Untuk lisan dan sikap yang tak terjaga
Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Selamat Hari Raya Aidill Fitri 1 Syawal 1434 H
Maaf Zahir dan bathin & Minal Aidin Wal Faidzin
Taqabalallahu minnaa wa minkum
Salam Ramadhan dari Sarikei, Sarawak. 😀
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Ibadah Ramadhan telah ditunaikan
Semoga amal kita diterima oleh-Nya
ya, Mbak Fatimah, aamiin…
Maka, sungguh saya juga mohon maaf
atas segala salah dan khilaf saya selama ini
Selamat Idul Fitri 1434 H.
Salam syawal yang indah dari Jogja 🙂