Berdzikir kepada Allah Swt. dapat kita lakukan dengan mengucapkan kalimah thayyibah (kalimah yang baik). Tulisan ini melanjutkan dari tulisan sebelumnya yang belum tuntas. Bila ingin membaca, silakan KLIK DI SINI.
Bacaan takbir diucapkan sebagai ungkapan untuk mengagungkan Allah Swt. Sungguh, Allah Swt. adalah Dzat Yang Maha Besar. Mengenai bacaan takbir ini, ada sebuah hadits yang penting untuk kita renungkan, yakni Rasulullah Saw. bersabda:
“Ucapan yang paling disukai Allah ada empat, yaitu subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar. Engkau boleh memulainya dengan mana yang engkau kehendaki.” (HR. Muslim).
Sedangkan bacaan takbir adalah sebagai berikut:
اَللهُ اَكْبَرُ
Allâhu akbar.
Artinya:
“Allah Maha Besar.”
Bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. penting untuk kita lakukan sebagai pengakuan kita terhadap Nabi Saw. dan memohon kepada Allah Swt. agar senantiasa memberikan kemuliaan dan keutamaan kepada beliau.
Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56).
Berkenaan dengan shalawat ini, Rasulullah Saw. juga bersabda:
“Barang siapa bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
“Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari kiamat ialah manusia yang paling banyak bershalawat untukku.” (HR. Tirmidzi).
Di antara bacaan shalawat kepada Nabi Saw. yang dapat kita baca adalah sebagai berikut:
أَللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ.
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.”
Atau bisa juga dengan bacaan shalawat sebagai berikut:
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âlihi wa shahbihi ajma’in.
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat semuanya.”
Bacaan istirja’ dimaksudkan untuk mengungkapkan bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah Swt. dan akan kembali kepada-Nya. Menurut riwayat Ibnu Sunni, disebutkan bahwa Nabi Saw. menyuruh untuk membaca istirja’ saat menghadapi musibah, meski hanya tali sepatu yang putus.
Adapun bacaan istirja’ adalah sebagai berikut:
إِنّاَ لِلّهِ وَ إِنّاَ إِلَيْهِ راَجِعُونَ
Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.
Artinya:
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”
l. Saat Melihat Sesuatu yang Luar Biasa
Menurut Ibnu Sunni, Ibnu Mas’ud Ra. berkata, “Kami disuruh oleh Rasulullah Saw. apabila melihat bintang gugur, hendaknya membaca:
مَاشَاءَ اللهُ لاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Mâsyâ Allâh, lâ quwwata illâ billâh.
Artinya:
“Apa yang dikehendaki Allah, tiada kekuatan kecuali dengan Allah.”
Bacaan salam perlu kita ucapkan apabila bertemu dengan saudara sesama muslim. Salam ini bukan sekadar sapaan, melainkan juga bermakna doa. Berkenaan dengan salam ini, ada sebuah hadits yang penting untuk kita renungkan. Yakni, Abu Hurairah meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Apabila salah seorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, maka hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya. Dan seandainya di antara keduanya terpisah oleh pohon, dinding, atau batu, kemudian bertemu kembali maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi.” (HR Abu Daud).
Sedangkan bacaan salam adalah sebagai berikut:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكاَتُهُ
Assalâmu ‘alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh.
Artinya:
“Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmah, dan barakah-Nya kepadamu”
Pada saat kita berjanji memang harus sekalian mempunyai niat yang kuat untuk menepatinya. Namun demikian, segala kekuasaan pada hakikatnya adalah milik Allah Swt. Termasuk dengan waktu dan kemampuan kita di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, apabila kita berjanji hendaknya mengucapkan:
اِنْ َشَاءَ اللهُ
Insyâ Allâh.
Artinya:
“Jika Allah menghendaki.”
o. Ketika Bersin
Ketika kita bersin hendaknya membaca:
اَلْحَمْدُ للهِ
Alhamdulillâh.
Artinya:
“Segala puji bagi Allah.”
Bagi yang mendengarnya, hendaknya membaca:
يَرْحَمُكَ اللهُ
Yarhamukallâh.
Artinya:
“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.”
Kemudian yang bersin menjawab dengan bacaan sebagai berikut:
يَهْدِيْكُمُ اللهُ
Yahdikumullâh.
Artinya:
“Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu.”
p. Membaca al-Qur’an
Membaca al-Qur’an termasuk bagian dari berdzikir kepada Allah Swt. Bahkan, bukan hanya membaca al-Qur’an, ketika al-Qur’an dibaca pun hendaknya kita mendengarkan dengan baik.
Allah Swt. berfirman:
“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-A’raaf [7]: 204).
Rasulullah Saw. juga bersabda:
“Seutama-utama ibadah umatku ialah membaca al-Qur’an.” (HR. Abu Nu’aim).
“Bacalah olehmu al-Qur’an, karena sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, hendaknya kita menyukai untuk membaca al-Qur’an. Kita bisa membacanya secara urut dari surat al-Faatihah hingga khatam 30 juz. Dalam membaca ini sebaiknya kita lakukan secara rutin, misalnya setiap habis shalat atau setiap pagi dan petang. Kita bisa pula membacanya dengan memilih surat-surat tertentu, misalnya surat Yaasiin, ar-Rahmaan, al-Waaqi’ah, Kahfi, al-Mulk, dan seterusnya.
Demikian pembahasan tentang kalimah thayyibah yang dapat saya tuliskan di blog sederhana ini. Semoga bermanfaat bagi kita bersama.
Al-Fakir ila Rahmatillah,
Akhmad Muhaimin Azzet
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Amazzet…
Demikian indahnya Islam mengajar umatnya dengan kalimah-kalimah yang baik untuk apa pun situasi dan kondisinya. Penuh dengan adab dan teladan yang tidak mampu ditandingi oleh mana-mana agama. Melalui hikmah dari kalimah tersebut telah mengajar keperibadian muslim yang hebat dan cemerlang di dunia dan akhirat. Semuanya akan berhubung langsung kepada pemilik manusia yakni Allah Azza wa jalla.
Terima kasih mengingatkan kita akan kalimah-kalimah tayyibah ini. Semoga dirahmati Allah SWT hendaknya. Aamiin. Salam hormat dari Sarikei, Sarawak. 🙂
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Alhamdulillaah…, terima kasih banyak ya, Mbak Fatimah, telah singgah dan berkomentar di sini. Semoga kita semakin senang berdzikir, termasuk dengan membaca kalimah thayyibah. Semoga dengan demikian, kita semakin dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Aamiin….
Salam dari Jogja ya, Mbak 🙂
Saya mulai membiasakan menyebut ‘Masya Allah’ ketika melihat sesuatu yang luar biasa. Tapi, saya seringkali melihat pendapat yang berbeda kapan saatnya mengucapkan “Subhanallah” dan Masya Allah”. Kadang perbedaan pendapat itu menimbulkan perdebatan. Akhirnya, saya mengucapkan dalam hati saja. Rasanya kalau suatu saat, apa yang saya ucapkan itu didebatkan, ilmu saya belum cukup untuk membela diri 🙂
Iya, Mbak Myra Anastasia, bila melihat sesuatu yang luar biasa, kita mengucapkan Mâsyâ Allâh, bila untuk mengakui betapa Mahasuci Allah Swt., kita mengucapkan Subhânallâh. Tak perlu berdebat dalam hal ini. Yang penting mari sama-sama memperbanyak berdzikir kepada-Nya.
Terima kasih tusiyahnya, Pak Ustadz
Sama-sama ya, Mbak Anazkia, terima kasih juga telah singgah kemari.
perbanyak berzikir hati tenang dan jauh dari syton yang menggangu hehehe
Benar sekali, Kuliner Indonesia.
Subhanallah dapat ilmu ustadz terima kasih banyak pak ustadz…
Subhanallah walhamdulillah…
Sama-sama ya, Mas Angki, makasih banyak juga atas kunjungannya ini.
Assalamu’alaikum wr wbr….
Ustadz, apakah suatu amaliah dzikir akan berbeda hikmah-nya ketika yang memberikan amaliah berbeda ?
Wa’alaikumusalam wr.wb.
Hal itu mungkin saja terjadi, terutama bila guru kita nyambung kepada gurunya kepada gurunya kepada gurunya hingga Nabi Muhammad Saw. Faktor yang penting selanjutnya adalah santri yang melakukan amaliah itu sendiri. Demikian, Kangmas Santri.