Tag Archives: bermasalah

Mengatasi Anak yang Suka Meniru Perilaku Buruk

Penulis di sebuah kesempatan mengisi pengajian keluarga.

Ada seorang ibu yang kesal sekali kepada tetangga barunya. Pada sore hari, sepulang suaminya dari bekerja, ia menumpahkan kekesalannya di hadapan sang suami tercinta. Ia kesal karena tetangga barunya tidak mendidik anak-anaknya dengan baik, demikian menurut seorang ibu yang kesal tersebut. Betapa tidak, anak tetangga baru tersebut yang berusia dua tahun suka mendorong-dorong teman bermainnya, dibiarkan begitu saja oleh ibunya; anaknya juga suka bermain ludah, bahkan meludahi temannya, namun ibu dari anak tersebut juga cuek saja. Tampak sekali ia merasa bahwa anaknya tak melakukan kesalahan atau ketidakbaikan yang perlu dibenahi.

Sang ibu tersebut semakin kesal karena ternyata anaknya yang juga berusia dua tahun meniru perilaku buruk anak sang tetangga tersebut. Anaknya yang sebelumnya tidak pernah mendorong-dorong teman sepermainannya, menjadi suka mendorong-dorong, bahkan anaknya menjadi suka bermain ludah dan ikut-ikutan meludahi temannya. Sungguh, perilaku buruk dari anak tetangga tersebut telah ditiru sepenuhnya oleh anaknya. Terutama suka meludah sembarang tempat, bermain ludah, atau bahkan meludahi temannya, perilaku buruk ini sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh seorang ibu yang kesal tersebut akan dilakukan anaknya. Betapa sangat menjijikkan, katanya.

Peniru Terbaik

Kejadian seperti ini bukanlah sebuah kejadian yang langka. Bisa jadi di antara pembaca ada yang anaknya mengalami kejadian sebagaimana tersebut. Hal ini bisa terjadi karena sifat anak pada dasarnya adalah suka meniru atau melakukan imitasi. Anak adalah pribadi peniru terbaik. Dia akan meniru apa saja yang dilihatnya untuk dilakukan, terutama sesuatu yang baru baginya.

Berdasarkan kenyataan ini, setiap orangtua dapat memanfaatkan kemampuan istimewa dari anak-anaknya yang suka meniru untuk mencontohkan perilaku yang baik. Jangan sampai orangtua justru mencontohkan perilaku yang tidak baik. Hal ini sering tidak disadari oleh sebagian orangtua. Misalnya, orangtua menyuruh anaknya untuk belajar, namun orangtua malah menonton televisi di ruang tengah; atau orangtua menyuruh anaknya untuk berangkat ke masjid, tapi orangtua malah asyik membaca koran di ruang tamu. Sungguh, ini contoh tidak baik bagi sang anak. Semestinya ketika orangtua menyuruh belajar kepada sang anak, orangtua ikut menemani belajar atau setidaknya membuat suasana belajar nyaman dengan tidak menonton televisi. Demikian pula ketika orangtua mengharapkan anaknya rajin ke masjid semestinya orangtua mencontohkan dengan mengajak anaknya untuk bersama-sama pergi ke masjid.

Cara Menangani

Kembali kepada persoalan si ibu yang kesal karena anaknya meniru perilaku buruk dari anak tetangganya. Kasus seperti ini pun mungkin terjadi pada anak kita. Bagaimana cara menanganinya? Pada saat kejadian, sudah tentu hal penting yang harus ditunjukkan kepada anak kita adalah ekspresi ketidaksetujuan dari kita terhadap perilaku buruk tersebut. Ekspresi ketidaksetujuan ini penting agar anak kita mengetahui bahwa perbuatan yang sedang dilakukannya tersebut tidak baik. Untuk menghargai orangtua dari anak yang ditiru anak kita—yang barangkali mempunyai cara mendidik yang berbeda dengan kita—maka kita perlu mengeskpresikan ketidaksetujuan dengan cara yang wajar saja. Namun, apabila anak kita meniru perilaku buruk tersebut tidak hanya sekali, tetapi diulang-ulang pada kejadian tersebut, segera kita peluk anak kita untuk kemudian menjauh dari permainan tersebut.

Hal penting selanjutnya yang mesti kita lakukan adalah menyampaikan kepada anak kita dengan bahasa yang lembut bahwa perbuatan buruk tersebut tidak boleh dilakukan lagi.

“Adik…, besok tidak boleh mendorong-dorong temannya lagi. Kasihan kan dia didorong-dorong begitu. Apalagi meludahi teman. Apakah Adik mau didorong-dorong atau diludahi?”

Meskipun masih berusia dua tahun, anak sudah bisa diajak berkomunikasi sebagaimana di atas. Biasanya anak kita akan menjawab tidak mau atau menggelengkan kepala karena sifat dasar manusia adalah tidak mau bila disakiti atau dirugikan. Satu hal yang harus diingat bahwa dalam menyampaikan ini hendaknya tanpa dibarengi dengan rasa marah atau ancaman. Biarlah transfer nilai berjalan dengan baik sehingga masuk dalam kesadaran anak kita.

Dalam kesempatan transfer nilai, bisa juga disandarkan kepada Tuhan. Misalnya, “Adik ingin disayang Tuhan tidak? Kalau ingin disayang Tuhan, tidak boleh berbuat begitu lagi ya… karena Tuhan tidak suka kalau kita menyakiti teman kita.”

Ada kalanya seorang anak yang diperingatkan sekali saja sudah cukup. Namun, ada yang perlu berkali-kali. Di sinilah dibutuhkan kesabaran orangtua dalam mendampingi tumbuh dan berkembang anak-anaknya.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

4 Komentar

Filed under Keluarga

Penyebab Anak Memberontak dan Cara Mengatasinya

Anak yang memberontak biasanya disebabkan oleh keadaan yang membuatnya tidak nyaman atau ingin mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu. Mengatasi anak yang memberontak secara efektif sudah tentu harus dilihat terlebih dahulu penyebab dari mengapa anak kita melakukan pemberontakan. Untuk mengetahui penyebabnya ini dibutuhkan ketenangan dari orangtua; tidak jarang orangtua justru panik ketika anaknya menunjukkan sikap memberontak sehingga yang terjadi akhirnya orangtua mengambil jalan pintas dalam mengatasi anaknya, yakni membentak atau menunjukkan kemarahan. Baca lebih lanjut

24 Komentar

Filed under Keluarga

Bagaimana Mengatasi Anak Bermasalah?

Setiap orangtua pasti berharap agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Betapa bahagianya apabila anaknya ketika masih bayi tidak rewel, mudah beradaptasi ketika diajak berkunjung ke rumah saudara atau kenalan, apabila disapa keluarga tersenyum atau bahkan langsung tertawa, tidak susah makan, atau tidak buang air besar dan kecil (termasuk mengompol) sembarang waktu dan tempat. Alangkah bahagianya para orangtua apabila anak-anaknya yang sudah menginjak usia sekolah dapat bersekolah dengan baik, bisa bangun pagi-pagi, tidak bermasalah dengan teman-temannya, rajin belajar, tidak suka berbohong, sopan, suka menolong, patuh kepada orangtua dan guru, apalagi rajin pula beribadah.

Anak yang sehat, cerdas, dan ceria adalah dambaan setiap orangtua; foto santri TPA Al-Muhtadin tempat penulis mengabdi.

Baca lebih lanjut

52 Komentar

Filed under Keluarga